03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Dengan demikian, konsep puisi esai Denny JA jelas<br />

memberi batas dimarkai antara fiksi dan fakta. Fiksi<br />

disampaikan dalam tubuh puisi; fakta dalam catatan kaki.<br />

Dikemukakan dengan cara lain, kalau puisi mengemukakan<br />

fiksi, catatan kaki mengemukakan fakta. Karena catatan<br />

kaki merupakan keharusan dalam puisi esai, maka pada<br />

hemat saya antara puisi dan catatan kakinya sesungguhnya<br />

merupakan dwitunggal: berbeda, tapi tak terpisah; atau<br />

terpisah, tapi tetap merupakan satu kesatuan. Tidaklah<br />

mengherankan kalau Maman mengatakan, “... enam<br />

catatan kaki pada [puisi esai] “Bunga Kering Perpisahan”<br />

[karya Denny JA] terkesan laksana minyak dengan air; tak<br />

menyatu.” Ya, karena keduanya merupakan satu kesatuan,<br />

maka kita merasa terganggu manakala catatan kaki tidak<br />

koheren dengan isi puisi.<br />

Hal yang pokok dari puisi dan catatan kakinya dalam<br />

puisi esai adalah ini: puisi esai menghadirkan fiksi dan fakta<br />

sekaligus. Meskipun puisi pertama-tama adalah imajinasi,<br />

ia tetap harus menghadirkan fakta. Dan fakta harus dihadirkan<br />

sebagai fakta (dalam catatan kaki). Fakta tidak difiksionalisasi<br />

dalam puisi, betapapun tentu saja puisi esai bisa saja<br />

merupakan fiksionalitasi sebuah fakta. Fakta tak perlu —<br />

dalam kata-kata Maman— “disembunyikan di lorong gelap”.<br />

Maka, kalau puisi esai mewajibkan adanya catatan kaki, ia<br />

sesungguhnya mewajibkan kehadiran fakta dalam puisi esai<br />

itu sendiri. <strong>Puisi</strong> esai tak cukup hanya disangga oleh fiksi<br />

(imajinasi). Ia harus disangga pula oleh fakta.<br />

Dalam arti tertentu, puisi esai sebenarnya hanya mengajukan<br />

permintaan sederhana atas diktum yang diketahui<br />

umum, yakni sebagaimana dikatakan Maman dengan<br />

348 PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!