03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Bagaimanapun kita tidak bisa menutup mata terha-dap<br />

serangkaian persoalan memilukan yang menyayat hati<br />

menimpa kelompok marjinal ini. Di buku ini saya menuturkan<br />

kisah-kisah menyayat hati itu, semuanya diangkat dari<br />

kisah nyata. Seseorang yang tak mampu lagi menanggung<br />

beban hidup karena kemiskinan dan penderitaan yang<br />

berlangsung lama akhirnya memilih jalan pintas mengakhiri<br />

hidup —bunuh diri (“Asih Bakar Diri”). Seorang perempuan<br />

yang terpaksa menjual kehormatan disinari temaram lampu<br />

jalanan untuk menghidupi bayinya dan harus kehilangan<br />

nyawa di tangan seorang preman (“Catatan Harian Ivon”).<br />

Seorang pemulung yang tak sanggup mengebumikan<br />

putrinya karena ketiadaan uang dan membawa jenazah<br />

putrinya ke mana-mana (“Manusia Gerobak”).<br />

Kisah “Manusia Gerobak“, yang menjadi judul buku ini,<br />

adalah kisah nyata, adalah tragedi kemanusiaan yang<br />

memilukan. Saya kira sebagian kita masih mengingat kisah<br />

yang menggemparkan ini. Seorang anak meninggal di depan<br />

sang ayah, terbaring di dalam gerobak yang kotor, di selasela<br />

kardus yang bau. Tak ada siapa-siapa, kecuali sang<br />

bapak dan kakaknya. Uang di saku sang bapak hanya<br />

beberapa lembar ribuan yang tak cukup untuk membeli kain<br />

kafan untuk membungkus mayat si kecil. Apalagi harus<br />

menyewa ambulans dan menguburkan jenazah anaknya<br />

dengan layak. Yang tersisa hanyalah sarung kucel untuk<br />

membungkus jenazah si kecil. Si bapak membawa jenasah<br />

anaknya ke mana-mana dan seterusnya....<br />

Kisah memilukan ini tak hanya dapat liputan oleh media<br />

cetak dan televisi di dalam negeri, tapi juga di belahan dunia<br />

lain. Itulah tragedi kemanusiaan di depan mata kita.<br />

PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA<br />

299

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!