03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

mengindahkan fiksi dan menomorduakan bahkan mengabaikan<br />

fakta, puisi esai mengindahkan keduanya secara<br />

bersamaan. Dan ini merupakan hal penting dalam puisi esai,<br />

yang membedakannya dengan puisi pada umumnya.<br />

Dalam konteks itu, fiksionalisasi fakta yang dilakukan<br />

Gaus justru menarik “mundur” puisi esai kembali ke puisi.<br />

<strong>Puisi</strong> esai Gaus mengabsenkan indikasi-indikasi faktual<br />

paling jelas dari fakta yang dikisahkannya, terutama nama<br />

sang tokoh yang sebenarnya. Itu berarti Gaus mengabaikan<br />

atau bahkan mengabsenkan fakta dalam puisi esainya, demi<br />

menghadirkannya sebagai fiksi. Dengan demikian, puisi esai<br />

Gaus menempatkan fiksi sebagai hal primer dan, sebaliknya,<br />

menempatkan fakta sebagai hal skunder. Padahal, sebagaimana<br />

telah dikatakan, dalam puisi esai baik fakta maupun<br />

fiksi sama pentingnya, sama primernya, sehingga keduanya<br />

harus sama-sama dihadirkan dalam puisi esai itu sendiri.<br />

Dikatakan dengan cara lain, puisi esai Gaus sesungguhnya<br />

mengindahkan fiksi dan menomorduakan fakta, sementara<br />

puisi esai justru mengindahkan dan mengutamakan keduanya<br />

secara bersama-sama.<br />

Tapi misalkan Gaus mengisahkan fakta sebagai fakta,<br />

dengan indikasi-indikasi faktual yang secara objektif mengacu<br />

pada nama dan kenyataan yang dialami tokoh-tokoh konkret<br />

dan historis itu, tanpa perlu inferensi apa pun dari pembaca,<br />

dapatkah ia disebut fiksi? Inilah persoalan krusial lain dari<br />

aspek teoritis puisi esai. Telah diuraikan bahwa di satu sisi<br />

Gaus menunjukkan problem dan kompleksitas batas dimarkasi<br />

antara fakta dan fiksi. Namun di sisi lain Gaus justru<br />

kembali pada apa yang dipersoalkannya atau dipertanyakannya:<br />

fakta tetaplah fakta; fiksi tetaplah fiksi; dan karenanya<br />

fakta tak mungkin dianggap fiksi. Karena puisi menge-<br />

PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA<br />

287

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!