03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

spirit yang mungkin diambil dari fakta itu sendiri. Dengan<br />

demikian, fakta tidak lagi penting sebagai fakta, yang penting<br />

kini adalah moral dan pesan substansialnya. Ahmad Gaus<br />

sebenarnya mengemukakan moral dan pesan substansial<br />

dari fakta-fakta partikular yang menarik perhatiannya, dan<br />

dengan caranya sendiri dia menjalankan tugas puisi esainya.<br />

Menarik Mundur <strong>Puisi</strong> <strong>Esai</strong><br />

Tetapi inilah soalnya. Sekali lagi, dalam puisi (dan sastra<br />

pada umumnya), fiksi (dan atau imajinasi) adalah hal primer<br />

sedangkan fakta merupakan hal skunder. Maka dalam puisi,<br />

fiksi (imajinasi) harus hadir, sementara fakta boleh absen.<br />

<strong>Puisi</strong> tidak selalu menyebutkan fakta yang diacunya atau<br />

yang menjadi sumber inspirasinya. Sekali penyair menulis<br />

puisi atas dasar sebuah fakta, fakta akan diabaikannya. Fakta<br />

boleh absen begitu fiksi hadir dalam puisi, betapapun fakta<br />

tersebut merupakan sumber inspirasi fiksi itu sendiri atau<br />

konteks faktualnya.<br />

<strong>Puisi</strong> “Karangan Bunga” karya Taufiq Ismail dapat<br />

dijadikan contoh. Berikut puisi tersebut: 12<br />

Tiga anak kecil<br />

Dalam langkah malu-malu<br />

Datang ke Salemba<br />

Sore itu<br />

“Ini dari kami bertiga<br />

Pita hitam pada karangan bunga<br />

Sebab kami turut berduka<br />

Bagi kakak yang ditembak mati<br />

Siang tadi.”<br />

12<br />

Taufiq Ismail, Tirani dan Benteng. Jakarta: Yayasan Ananda, 1993, h. 75<br />

PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA<br />

285

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!