03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Bab dua saya namai “Atas Nama Cinta: Sejumlah<br />

Tanggapan”. Bab ini jauh lebih gemuk dibanding bab<br />

sebelumnya. Sebagai hidangan utama, buku Atas Nama<br />

Cinta yang telah disajikan di atas meja makan ramai-ramai<br />

dicicipi. Para juru cicip yang diundang bukan orang-orang<br />

sembarangan. Ignas Kleden yang ilmiah mencoba meneliti<br />

bahan baku maupun kandungan gizi pada puisi esai tersebut.<br />

Ilmuwan sosial sekaligus peneliti senior ini kemudian<br />

melanjutkan risetnya lebih detail lagi, misalnya mengenai<br />

seberapa besar kandungan zat herbal, zat pengawet, maupun<br />

zat penyedap dalam puisi esai. Dengan telaten pula ia<br />

menganalisis sejauh mana kaitan fakta dan fiksi mampu<br />

bersenyawa dengan sentuhan personal sang penyair. Selain<br />

Ignas, sejumlah juru cicip muda berbakat seperti Zuhairi<br />

Misrawi, Noviantoni Kahar, dan F.X. Lilik Dwi Mardjianto<br />

mencoba melakukan pencicipan secara random terhadap<br />

hidangan puisi esai tersebut, baik pencicipan lewat ilmu<br />

sosial, ilmu politik, maupun agama. Hasil pencicipan yang<br />

mereka lakukan nampaknya saling melengkapi satu sama<br />

lain. Dengan begitu bisa saya bayangkan bahwa setelah<br />

melewati tahap-tahap pencicipan yang serius, sekali waktu<br />

puisi esai akan mencapai level yang kapabel, kredibel,<br />

akuntabel, akseptabel, serta elektabel.<br />

Bab dua menjadi semakin gemuk karena dilengkapi para<br />

juru cicip dari kalangan sastrawan terkemuka seperti Sapardi<br />

Djoko Damono, Sutardji Calzoum Bachri, Jamal D. Rahman,<br />

Arie MP Tamba, Anwar Putra Bayu, Abdul Kadir Ibrahim<br />

(AKIB), Mashuri dan Firman Fenayaksa. Sebagai juru cicip<br />

paling senior Sapardi Djoko Damono tampil duluan<br />

mendekati meja makan dengan gaya seorang arsitek, tanpa<br />

PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA<br />

xv

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!