03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

hubungan subjek (penulis) dengan objek (yang ditulis).<br />

Perbedaan antara karangan esai dengan karangan ilmiah<br />

dan karangan sastra juga terdapat pada penalaran serta jenis<br />

karangan yang kerap digunakan. Namun, untuk kepentingan<br />

tulisan ini, cukuplah pembedaan ini menandai perbedaan<br />

antara karangan ilmiah, karangan sastra, dan karangan esai 19 .<br />

Dilihat dari segi penalaran yang digunakan maupun<br />

jenis karangan paling dominan, karangan esai memiliki<br />

perbedaan dengan karangan ilmiah maupun karangan<br />

sastra.<br />

Dalam perspektif ini, dapat dipahami adanya esai yang<br />

berukuran pendek, sedang, maupun sangat panjang. Ukuran<br />

lazim sebuah esai maksimal sekitar 2.000-an kata. Ukuran<br />

yang dianggap ideal adalah ukuran kolom-kolom di media<br />

massa, baik koran maupun majalah. Meskipun demikian,<br />

esai dapat dibedakan menjadi esai sebagai sebuah bentuk<br />

karangan dengan esai sebagai sebuah sikap penulisan. <strong>Esai</strong><br />

sebagai sebuah bentuk karangan mengikuti kelazim dalam<br />

ukuran yang cenderung pendek hingga sedang. Namun esai<br />

sebagai sebuah sikap penulisan tidaklah terbatas halamannya,<br />

misalnya buku John Locke Essay Concerning Human<br />

Understanding, atau buku Ernst Cassirer An Essay on Man.<br />

Kedua penulis tersebut menamai buku mereka esai bukan<br />

terutama karena mereka menulis dalam bentuk esai, melainkan<br />

menulis dalam “disiplin” esai, yakni tidak harus selalu<br />

19<br />

Bagi mereka yang berminat, bahasan lengkap mengenai masalah ini dapat dilihat<br />

pada Agus R. Sarjono, “Sebuah Bukan <strong>Esai</strong> tentang <strong>Esai</strong>”, yang menjadi pengantar<br />

Horison <strong>Esai</strong> <strong>Indonesia</strong> (jilid 1). Lihat juga Kata Penutup oleh Ignas Kleden<br />

“<strong>Esai</strong>: Godaan Subjektivitas”, dalam Horison <strong>Esai</strong> <strong>Indonesia</strong> (jilid 2). Jakarta:<br />

Horison. 2004<br />

16 PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!