03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

puitik yang sublim. Tadinya saya mengira puisi esai ini<br />

menggambarkan percakapan sufistik antara seorang santri<br />

dengan kiainya, atau antara seorang sufi dengan mursyid<br />

yang membimbingnya. Namun di akhir tulisan baru saya<br />

sadar bahwa tokoh rekaan ini ternyata seorang koruptor,<br />

seorang mantan pejabat yang di akhir hayatnya mendapat<br />

semacam pencerahan ketika terbaring di rumah sakit.<br />

Dengan strategi ini sang penyair telah berhasil menyelipkan<br />

sebuah kejutan kecil di antara bait-bait puisi esainya yang<br />

panjang. Saya kutip salah satu bagiannya:<br />

“Setelah itu,<br />

ambillah kapas dalam karung kecil di sudut gudang.<br />

Bawalah.”<br />

“Kemudian naiklah ke bukit itu.<br />

Sesampai engkau di puncaknya, ambil sejumput demi<br />

sejumput.<br />

Tiupkanlah ke udara.<br />

Ikutilah setiap tiupannya dengan mengingat-ingat<br />

wajah orang-orang yang telah kau perdayakan.<br />

Ucapkan permintaan maaf kepada mereka.”<br />

“Begitu seterusnya<br />

jangan berhenti.<br />

Hingga kapas di dalam karung kecil tersebut habis.”<br />

“Ya. Ucapkan permohonan maaf kepada mereka semua.<br />

Agar orang-orang yang kamu sengsarakan secara<br />

struktural<br />

agar orang-orang yang dinistakan kehidupannya<br />

agar orang-orang yang terkena dampak sistemik<br />

dari kebijakan politik selama lima tahun kekuasaanmu<br />

memaafkan kebijakanmu.<br />

Memaafkan kesalahanmu”.<br />

PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA<br />

221

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!