03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Dengan demikian, Denny JA mempunyai pengalaman<br />

dan pandangan yang khas terhadap kehidupan sosial,<br />

terutama sastra. Mungkin ia merasa terhina jika dikatakan<br />

menjadi sekadar peniru atau seorang murid penurut terhadap<br />

fatwa-fatwa para guru. Penulis yakin, Denny JA sama<br />

sekali tidak merasa terlalu penting untuk dibandingkan<br />

kehadirannya dengan para penyair terdahulu.<br />

Dengan puisi esai yang disajikannya, Denny JA sudah<br />

membuka jendela baru bagi masyarakat sastra <strong>Indonesia</strong><br />

untuk melihat kenyataan sejarah peradaban dengan cara<br />

yang baru pula, kemudian mengungkapkannya dengan pendekatan<br />

yang juga baru. Masalah kemanusiaan dan ketidakadilan<br />

membelenggu masyarakat kita di mana-mana.<br />

Kreativitas seni berupaya membebaskan belenggu itu<br />

dengan memberikan pencerahan kesadaran terhadap kompleksitas<br />

kondisi zamannya. Di sinilah peranan puisi esai<br />

yang dilahirkan Denny JA.<br />

Dalam konteks ini, tampaknya Maman S Mahayana<br />

(MSM) tidak terkesan dengan kehadiran puisi esai Atas<br />

Nama Cinta.<br />

Kritik MSM dalam artikel “Posisi <strong>Puisi</strong>, Posisi <strong>Esai</strong>”<br />

(Kompas, Minggu, 30 Desember 2012, halaman 20) ada satu<br />

pertanyaan menarik seputar perbincangan puisi esai Denny<br />

JA: “Lalu bagaimana dengan catatan Ignas Kleden, Sapardi<br />

Djoko Damono dan Sutardji Calzoum Bachri dalam antologi<br />

itu? Apakah itu sebagai stempel legitimasi tentang konsep<br />

puisi esai?”<br />

Pertanyaan ini langsung dijawabnya sendiri berupa<br />

kesimpulan dengan nada yang terkesan merendahkan:<br />

“Catatan mereka adalah bentuk apresiasi yang tentu saja<br />

berbeda dengan legitimasi.”<br />

334 PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!