03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

ahwa pada Rendra (dengan berbagai tingkat keberhasilan<br />

yang bisa dicapai) masalah-masalah sosial diusahakan<br />

untuk diinternalisasikan sejauh mungkin sebagai masalah<br />

pribadinya, dan diungkapkan kembali sebagai keprihatinan<br />

dan keresahan atau amarah pribadi. Nampaknya, ini syarat<br />

minimal untuk setiap sajak sosial, karena puisi tidak<br />

ditakdirkan menjadi reproduksi dari situasi sosial, tetapi<br />

sebagai respons personal kepada berbagai masalah sosial<br />

yang dihadapi.<br />

Tanpa dimensi personal ini sebuah sajak dengan mudah<br />

sekali tergelincir menjadi pamflet perjuangan atau orasi<br />

sosial-politik. Tentang orang-orang miskin yang tersingkir<br />

dalam perjuangan hidup di kota besar Rendra menulis<br />

dengan penuh simpati: Orang-orang miskin di jalanan,/<br />

yang tinggal di dalam selokan,/ yang kalah dalam pergulatan,/<br />

yang diledek oleh impian,/ janganlah mereka ditinggalkan<br />

(sajak “Orang-Orang Miskin”). 5 Atau, seorang penyair<br />

muda dari desa Jatiwangi yang mencoba mendapat tempat<br />

di Jakarta pada tahun 1955, menulis, dengan perasaan yang<br />

bercampur baur: Kucinta kau kalau dini hari/ Redam batuk<br />

memecah sunyi/ Dan nyanyian tukang becak/ mengadukan<br />

nasib pada langit/ Dan bintang yang tak mau ngerti.<br />

(Sajak Ajib Rosidi “Kepada Jakarta”). 6 Apa yang mengharukan<br />

di sini bukan saja dan bukan terutama keadaan sosial<br />

dan masalahnya, tetapi sikap pribadi dan sentuhan personal<br />

penyair pada masalah dan kondisi sosial tempat dia terlibat.<br />

5<br />

Rendra, Potret Pembangunan Dalam <strong>Puisi</strong>, Jakarta, Pustaka Jaya, 1993, hal.<br />

82.<br />

6<br />

Ajip Rosidi, Surat Cinta Enday Rasidin, Jakarta, Pustaka Jaya, 2002, hal. 12.<br />

60 PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!