03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

seting/ latar. <strong>Puisi</strong> yang dipahami sebagian orang sangat<br />

mengandalkan diksi/ metafor. Tapi di dalam proses<br />

penyajian puisi-puisimu, justru tak banyak bercentil ria<br />

dengan urusan ini. Karyamu lepas dari kerumitan-kerumitan<br />

puisi yang pada tahun 1955 dikenal dengan sebutan<br />

“puisi gelap" yang dicetuskan Ajip Rosidi, Wiratno Sukitno<br />

dan Iwan Simatupang. Untuk kesekian kalinya, dirimu<br />

menghancurkan kemandegan puisi kita dengan membuat<br />

puisi begitu terang sebenderang-benderangnya. Siapa pun<br />

yang membaca kumpulan puisi Atas Nama Cinta tak akan<br />

mengernyitkan dahi seperti membaca puisi pada umumnya.<br />

Dengan pilihan estetika semacam ini, dirimu telah membebaskan<br />

para penyair dari kerangkeng permainan diksi.<br />

Nah, sekarang tibalah aku membincangkan persoalan<br />

fiksi dan fakta seperti yang juga sudah diulas oleh Sapardi di<br />

dalam epilog buku Atas Nama Cinta. Secara umum, kita<br />

melihat fiksi dan fakta begitu bertolakbelakang; seperti<br />

minyak dan air. Ada jurang yang sepertinya terlalu terjal<br />

untuk dijembatani. Begitu nganga. Keyakinkan umum ini<br />

kukira memang masuk akal, tetapi keyakinan sekarang ini<br />

mudah juga dipertanyakan; karena untuk meyakini sesuatu<br />

dibutuhkan rasionalisasi. Dan rasionalisasi yang ditawarkan<br />

olehmu terkait puisi esai ini adalah sebagai berikut:<br />

Saya sebut medium baru ini puisi esai. Yaitu puisi yang<br />

bercitarasa esai. Atau esai tentang isu sosial yang puitik, yang<br />

disampaikan secara puitis. Ia bukan puisi yang lazim karena<br />

ada catatan kaki tentang data dan fakta di sana dan di sini,<br />

serta panjang dan berbabak. Ia juga bukan esai yang lazim<br />

karena dituliskan dengan larik, puitik dan lebih mengeksplor<br />

sisi bathin (Denny JA, 2012: 3)<br />

PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA<br />

135

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!