03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Sampai di sini, Gaus membawa kita pada apa yang sangat<br />

penting dalam puisi, yaitu fiksi dan atau imajinasi. Selain<br />

bahasa, unsur penting dalam puisi adalah imajinasi, yang<br />

sebagiannya —sesuai dengan pembicaraan kita di sini—<br />

mewujud dalam fiksi. Dalam konteks fakta dan fiksi, yang<br />

primer dalam puisi (dan sastra pada umumnya) tentu saja<br />

adalah fiksi. Fakta dalam puisi bersifat sekunder. Fiksi tidak<br />

hanya mengacu pada konteks aktual dan partikular tertentu.<br />

Fiksi bisa melakukan rekontekstualisasi dengan fakta-fakta<br />

partikular yang berbeda-beda, sesuai dengan inferensi, pengalaman,<br />

dan moral yang hidup dalam horison harapan<br />

pembaca.<br />

Maka, kalau Gaus membiarkan kisah-kisah fiksionalnya<br />

melulu dibaca sebagai fiksi, ia sebenarnya membuka kemungkinan-kemungkinan<br />

lain bagi rekontekstualisasi kisah-kisah<br />

fiksional itu dengan fakta-fakta partikular dan aktual yang<br />

mungkin diacunya. Mungkin saja pembaca yang dulu faham<br />

keislamannya sangat konservatif dan puritan namun kemudian<br />

menerima gagasan-gagasan inklusif dan plural neomodernisme<br />

Islam, misalnya, akan mengidentifikasi diri dengan<br />

tokoh anak muda dalam kisah fiksional puisi esai “Budak<br />

Kuffar”. Setelah membaca puisi tersebut, pembaca itu mungkin<br />

berkata, “Anak muda dalam puisi ini gue banget.” Di<br />

sini, puisi “Budak Kuffar” mengalami rekontekstualisasi<br />

dengan horison pengalaman partikular pembaca, yang sama<br />

sekali berbeda dengan fakta yang benar-benar diacunya.<br />

Dalam arti itu, fakta tidak lagi diperlakukan sebagai<br />

fakta, melainkan sebagai fiksi. Fakta tidak lagi diterima<br />

sebagai apa yang sebenarnya dan sungguh-sungguh terjadi,<br />

melainkan diangkat ke tataran makna simboliknya, yaitu<br />

284 PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!