03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

pertunjukan bukti bahwa para aktivis penentang Orde <strong>Baru</strong><br />

saat mereka sendiri berkuasa justru mengeruk lebih banyak<br />

dan lebih mata gelap harta negara, pada siapa rakyat bangsa<br />

ini harus mengadukan dukalara?<br />

Tiga puisi esai yang menjadi juara “Lomba Menulis <strong>Puisi</strong><br />

<strong>Esai</strong>” yang diadakan Jurnal Sajak kiranya dapat dijadikan<br />

wahana untuk menggali ingatan kita mengapa kita dulu<br />

dengan penuh semangat melakukan reformasi. Maafkan saya<br />

kalau dalam tulisan ini masih memakai kata reformasi, kata<br />

menjemukan yang cenderung dihindari oleh seluruh kalangan<br />

masyarakat <strong>Indonesia</strong> masa kini dengan alasan yang berbedabeda<br />

itu. Masyarakat kecil menghindarinya karena kata ini<br />

mengingatkan mereka akan sejumlah kehilangan dan kekecewaan.<br />

Kelas menengah baru dan para politisi menghindarinya<br />

karena enggan mengaitkan kekayaan dan jabatan yang<br />

mereka dapatkan sekarang ini dengan raison d’etre reformasi<br />

dan segala tuntutan tanggungjawabnya yang memungkinkan<br />

mereka mendapat jalan mulus lancar cepat ke kemakmuran<br />

jauh meninggalkan rakyat yang mereka pimpin atau mereka<br />

wakili.<br />

Pemenang pertama lomba adalah Peri Sandi Huizche.<br />

Dengan puisi esainya “Mata Luka Sengkon Karta”, ia menggali<br />

kasus hukum yang sempat menghebohkan di masa Orde<br />

<strong>Baru</strong>. Di tengah masyarakat <strong>Indonesia</strong> yang mudah lupa,<br />

agak mengherankan ada puisi yang mengangkat tema lama<br />

Sengkon Karta. Rupanya, bentuk puisi esai yang diperkenalkan<br />

Denny JA 1 itu memberi semacam demokratisasi pada<br />

peri kepuisian <strong>Indonesia</strong> sehingga keragaman tema pun lebar<br />

1<br />

Mengenai puisi esai, lihat Denny JA. 2012. Atas Nama Cinta. Jakarta: Rene<br />

Books. Lihat juga Agus R. Sarjono, “<strong>Puisi</strong> <strong>Esai</strong>: Sebuah <strong>Kemungkinan</strong> Sebuah<br />

Tantangan”, Jurnal Sajak edisi 3, 2012.<br />

166 PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!