03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

peristiwa tersebut lewat berita. Dalam kondisi semacam itu,<br />

muncul kesadaran perlunya ada cerita (sastra) untuk<br />

meminimalisasi kejenuhan kita dalam menghadapi gempuran<br />

berita. Dengan pernyataan ini sama sekali tidak dimaksudkan<br />

bahwa sastra baru menampakkan kegunaannya ketika<br />

orang merasa jenuh dengan berita. Juga tidak dimaksudkan<br />

bahwa berita membuat orang jenuh, sedangkan sastra<br />

sebaliknya. Sama halnya dengan pernyataan Seno Gumira<br />

Ajidarma, “Ketika jurnalisme dibungkan, sastra berbicara.”<br />

Pernyataan itu pastilah oleh Seno tidak dimaksudkan bahwa<br />

sastra baru berbicara ketika jurnalisme dibungkam/ditekan.<br />

Senada dengan itu, kemunculan puisi esai akhir-akhir<br />

ini —apa pun pengertiannya— tidak harus dikaitkan dengan<br />

rasa jenuh itu. Deny JA yang menggagas kemunculan puisi<br />

itu menyatakan bahwa puisi esai dapat men-jadi penyeimbang<br />

berita. Maksud itu sah-sah saja meskipun dalam<br />

sejarahnya sastra tidak dilahirkan sekadar untuk menjadi<br />

penyeimbang berita. Di masa lalu —juga kini— koran-koran<br />

senantiasa menyediakan ruang untuk memuat cerpen atau<br />

cerita bersambung. Boleh jadi pengelola koran mempunyai<br />

maksud sama dengan Deny, boleh jadi tidak. Sastra bisa juga<br />

berfungsi sebagai penghibur, media penyampai opini, atau<br />

penyebarluasan ideologi. Termuatnya Rasa Merdika dan<br />

Hikayat Kadiroen di koran sebelum menjadi buku di masa<br />

lalu tidak terlepas dari niat penulisnya untuk menyeberluaskan<br />

gagasan komunisme dan sikap anti kolonialisme yang<br />

merebak pada awal abad ke-20 di negeri ini. Dengan<br />

demikian, ditujukan untuk apa pun, sastra tetaplah sastra<br />

yang menyajikan dunia kemungkinan sehingga di tangan<br />

pembaca dapat ditafsirkan bermacam-macam (multi-tafsir).<br />

Saya kira cara pandang ini dapat menjadi titik tolak atau<br />

246 PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!