03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

kaki. Namun pada umumnya karya mereka itu sebenarnya<br />

ada faktanya, datanya dan tentu dapat ditulis catatan<br />

kakinya. Sebagai contoh, kita kambekkan penjelasan ini<br />

dengan syair Aisyah Sulaiman Riau, Syair Khadamuddin<br />

(1345 H/ 1926 M), yang dialih-aksarakan oleh Raja Hamzah<br />

Yunus, 1987):<br />

Tengah malam nyata sempurna<br />

Ayam berkokok menderu bahana<br />

Menambah hatiku gundah gulana<br />

Mengenangkan bangsa hamba yang hina<br />

Karena sudah terpaksa mara<br />

Melalui alun tengah segera<br />

Bukan sahaja bukan dikira<br />

Harapkan Tuhan yang memelihara<br />

Percintaan kepada tanah dan bumi<br />

Sangat memberati kepada kami<br />

Bisa mengidap sepanjang yaumi<br />

Yang mengetahui Allah al Rahimi<br />

Sepanjang malam air mata tumpah<br />

Segala kesukaan aku campah<br />

Kiranya itu mengambil upah<br />

Kubuangkan ke dalam laut dan sampah.<br />

Catatan kakinya, mengikut keterangan Raja Hamzah<br />

Yunus, adalah sebagai berikut:<br />

1) tatkala Sultan Riau-Lingga dimakzulkan oleh Gubernemen<br />

Hindia Belanda pada tahun 1911, di antara Orang-orang Besar<br />

Kerajaan yang menyertai Sultan meninggal negeri Riau-<br />

Lingga mengungsi ke Singapura, termasuklah suami-isteri<br />

Raja Khalid Hitam dan Aisyah Sulaiman. Raja Khalid Hitam<br />

PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA<br />

143

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!