03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kemunculan gagasan dan terjadinya sambutan ini<br />

tampaknya memang tak lepas dari kondisi zaman. Seperti<br />

telah kita saksikan dari masa ke masa, munculnya suatu<br />

bentuk dalam estetika sastra selalu bertemali dengan keadaan<br />

dan semangat zaman. Sebagai contoh, pembebasan dari<br />

bentuk dan isi puisi lama yang kemudian mengambil estetika<br />

aliran romantik dalam perpuisian Pujangga <strong>Baru</strong> berkausalitas<br />

dengan tantangan saat itu dalam perjuangan membebaskan<br />

diri dari –dalam istilah Saini KM— kolektivisme<br />

masyarakat lama, yang dilingkupi adat istiadat, menuju<br />

masyarakat baru (kebebasan individu dan pencarian identitas<br />

nasional). Tantangan zaman ini berubah di masa Chairil<br />

Anwar yang tidak memperlihatkan lagi kebimbangan antara<br />

tradisi lama dan baru. Masa dalam periode Angkatan 45 ini<br />

sudah memperlihatkan jiwa yang teguh dalam revolusi<br />

menuju kemerdekaan. Oleh karena itu, bentuk puisinya pun<br />

lebih bercorak ekspresionistis yang penuh vitalitas dengan<br />

bahasa yang “meradang-menerjang”.<br />

Lahirnya bentuk-bentuk estetika baru akibat keadaan<br />

zaman pun terjadi dalam perpuisian <strong>Indonesia</strong> tahun 1970-<br />

an. Bagi generasi yang hidup tahun 1970-an, tentu masih<br />

segar dalam ingatan bagaimana gemuruh dan gelisahnya<br />

masa itu: sebuah masa yang secara global manghadapi transisi<br />

budaya, dan secara politik nasional baru keluar dari transisi<br />

pergantian kekuasaan (dari Orde Lama ke Orde <strong>Baru</strong>).<br />

Selain menghadapi transisi, masa ini menghadapi krisis<br />

moralitas, krisis kehancuran lingkungan alam, krisis di bidang<br />

hukum, merajalelanya kebudayaan massa, membabibutanya<br />

teknologi yang cenderung mengasingkan manusia dari sifatsifat<br />

humanisnya, ditambah lagi dengan penguasa yang mulai<br />

represif dan mengalami distorsi moral. Contoh dari krisis-<br />

228 PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!