03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

antara lain lewat cerpen-cerpennya yang kemudian terkumpul<br />

dalam Saksi Mata (Bentang, 1994). Terkait dengan hal<br />

itu, Seno pun menulis semacam kredo dalam buku Ketika<br />

Jurnalis Dibungkam, Sastra Harus Bicara. 9 Dalam cerpencerpennya<br />

pada kumpulan Saksi Mata, Seno menghadirkan<br />

suatu cerita yang alur cerita dan tokoh-tokohnya fiktif. Akan<br />

tetapi, beberapa bagian dari cerita tersebut diberi catatan<br />

kaki yang merujuk pada peristiwa faktual. Dalam cerpen<br />

“Misteri Kota Ningi” misalnya, Seno menceritakan tentang<br />

seorang petugas sensus yang ditugaskan untuk mendata<br />

jumlah penduduk di kota Ningi. Namun, petugas itu keheranan<br />

karena setiap hari penduduk kota itu berkurang. Di<br />

lain pihak, di kota itu muncul orang-orang tidak kelihatan<br />

yang beraktivitas seperti pada umumnya manusia seiring<br />

dengan berkurangnya penduduk kota itu. Pada cerpen<br />

tersebut terdapat angka-angka jumlah penduduk Ningi, dan<br />

untuk data angka-angka tersebut disertakan catatan kaki<br />

berupa sumber angka-angka itu yang merujuk pada sumbersumber<br />

tulisan tentang Timor Timur. Beberapa peristiwa pun<br />

dirujuk kepada catatan kaki yang sumbernya berupa berita<br />

tentang pelanggaran HAM di Timtim.<br />

9<br />

Dalam buku Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara (Bentang,<br />

1997), Seno Gumira Ajidarma antara lain menulis,” Ketika jurnalisme dibungkam,<br />

sastra harus bicara. Karena bila jurnalisme bicara dengan fakta, sastra bicara<br />

dengan kebenaran. Fakta-fakta bisa diembargo, dimanipulasi, atau ditutup dengan<br />

tinta hitam, tapi kebenaran muncul dengan sendirinya, seperti kenyataan.<br />

Jurnalisme terikat oleh seribu satu kendala, sastra hanyalah kejujurannya sendiri.<br />

Buku satra bisa dibredel, tetapi kebenaran dan kesusastraan menyatu bersama<br />

udara, tak tergugat dantak tertahankan. Menutupi fakta adalah tindakan politik,<br />

menutupi kebenaran adalah tindakan paling bodoh yang bisa dilakukan manusia<br />

di muka bumi....”<br />

238 PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!