03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

<strong>Puisi</strong> “Karangan Bunga” di atas adalah fiksi tentang tiga<br />

anak kecil yang datang ke Salemba pada suatu sore, untuk<br />

menyampaikan karangan bunga dengan pita hitam di atasnya<br />

sebagai ucapan duka bagi kakak yang ditembak mati/<br />

siang tadi. <strong>Puisi</strong> itu sendiri hanya mengemukakan kisah tiga<br />

anak kecil yang datang ke Salemba sebagai fiksi, tanpa menyertakan<br />

fakta sebagai konteks atau sumber inspirasi puisi<br />

itu sendiri. Tidak jelas siapa kakak yang ditembak mati/ siang<br />

tadi, tidak jelas pula kenapa ia ditembak. Tapi jelas, dengan<br />

inferensi, beberapa petunjuk, dan sebagaimana dikatakan<br />

sang penyair dalam berbagai kesempatan, puisi tersebut lahir<br />

dalam konteks tertembaknya Arief Rahman Hakim, mahasiswa<br />

Fakultas Kedokteran Universitas <strong>Indonesia</strong>, dalam<br />

unjuk rasa mahasiswa menentang Orde Lama, 24 Februari<br />

1966, di depan Istana Merdeka. Martir itu selanjutnya disemayamkan<br />

di kampus UI Salemba, dan dimakankan sehari<br />

kemudian selepas shalat Jum’at —di mana Nurcholish Madjid,<br />

yang ketika itu mahasiswa IAIN Jakarta, menyampaikan<br />

khatbah Jum’at. Namun fakta ini tidak dikemukakan dalam<br />

puisi Taufiq Ismail di atas, misalnya lewat catatan kaki. Dengan<br />

demikian, puisi tersebut menghadirkan fiksi dan mengabsenkan<br />

fakta yang diacunya atau sebagai konteks faktualnya:<br />

dalam puisi, sekali fiksi lahir dari fakta, fakta boleh diabaikan,<br />

sebab yang penting dalam puisi adalah fiksi (imajinasi).<br />

Berbeda dengan itu, dalam puisi esai, fakta dan fiksi sama<br />

pentingnya, sehingga keduanya harus hadir secara bersamasama:<br />

fiksi dalam tubuh puisi; fakta dalam catatan kaki. <strong>Puisi</strong><br />

esai dengan demikian menggarisbawahi fakta yang seringkali<br />

diabaikan dalam puisi seraya tetap menggarisbawahi fiksi<br />

yang memang mendapat tempat istimewa dalam puisi pada<br />

umumnya. Dirumuskan dengan cara lain, kalau puisi lebih<br />

286 PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!