03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

akan dilimpahi rejeki dan kemakmuran atas restu para dewa.<br />

Maka orangtua pun ingin dan memaksa anak-anak gadisnya<br />

berjodoh dengan pria Taiwan, meski tanpa kemauan dan<br />

kesediaan gadis itu sendiri. Salah satu konvensi perkawinan<br />

itu adalah bahwa si pria Taiwan harus membayar uang susu<br />

atau mahar dalam jumlah tertentu kepada orangtua sang<br />

dara. Dari uang susu itu, orangtua membeli parabola dan<br />

perabotan keluarga yang cukup mewah sebagai simbol<br />

kemakmuran dan kesuksesan sosial, ekonomi, dan budaya.<br />

<strong>Puisi</strong> esai Hanna Fransisca, “Singkawang Petang”, melukiskan<br />

derita tiga dara Tionghoa bersaudara yang dipaksa<br />

orangtuanya kawin dengan pria Taiwan. Su Yin, anak tertua,<br />

tidak mau mengikuti kehendak orangtuanya. Dia memilih<br />

kabur ke Jakarta. Li Na, adiknya, dinikahkan dengan pria<br />

Taiwan dan ikut sang suami ke sana, namun kemudian tak<br />

ada kabar beritanya lagi. Susan, si bungsu, juga dikawinkan<br />

dengan pria Taiwan dan ikut sang suami pula ke sana, namun<br />

akhirnya bunuh diri.<br />

Sementara itu, tema pelacuran sudah lama kita dengar<br />

dalam puisi, antara lain puisi Rendra (“Bersatulah Pelacurpelacur<br />

Kota Jakarta”) dan F Rahardi (“Sumpah WTS”).<br />

Tapi puisi dua penyair itu adalah suara dari abad lalu, yang<br />

dari diksi dan masalah yang dikemukakannya jelas mewakili<br />

bahasa dan masalah zaman tersebut. Dan, bahasa menggambarkan<br />

persepsi sosial zaman itu sendiri: mereka<br />

menyebut perempuan penjaja seks sebagai pelacur dan<br />

wanita tuna susila —yang secara sosial dan normatif jelas<br />

mengandung arti dan konotasi negatif. <strong>Puisi</strong> esai<br />

mengemukakan sekaligus mencatat terjadinya pergeseran<br />

bahasa, dan dengan demikian pergeseran persepsi sosial<br />

PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA<br />

187

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!