03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

tuhan tak datang di kehidupannya<br />

malaikat pencatat kebaikan<br />

kemana kau ngeloyornya?<br />

Demikian pula dengan Karta. Situasi di kantor polisi<br />

dimanfaatkan pula untuk menambah goresan sosok Karta:<br />

tak… tek… tak… tek….<br />

suara mesin tik<br />

bagai jarum<br />

menusuk-nusuk kulit<br />

“nama?”<br />

“karta, pak”<br />

“pekerjaan?”<br />

“petani, pak”<br />

“no KTP?”<br />

terdiam lama karena aku tak punya<br />

“jawab, goblok!”<br />

aku akan menjawab<br />

namun pentungan lebih cepat mendarat<br />

di rahang, dag!<br />

aku kolep<br />

kepala di atas meja<br />

dalam ruangan yang disesaki asap rokok<br />

lampu alakadarnya<br />

menguraikan asal-muasal peristiwa<br />

tak lancar mulut mengurai kata<br />

jari kaki diinjak kursi.<br />

Penulis cukup trampil mengolah dramatik kisah seolah<br />

kasus ini dipentaskan kepada pembaca, dan pembaca diajak<br />

menyaksikan drama Sengkon Karta di panggung kesadaran<br />

mereka. Narator, warga desa, polisi, wartawan, berita radio,<br />

dan suara jaksa di persidangan —untuk menyebut beberapa—<br />

dimanfaatkan dengan baik untuk membangun keutuhan<br />

PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA<br />

169

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!