03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Terakhir, saya akan menjumpai Wendoko yang puisi<br />

esainya “Telepon” terasa unik, segar dan lain dari yang lain.<br />

Wendoko hanya menceritakan seorang perempuan urban,<br />

mungkin pembantu rumah tangga atau buruh serabutan,<br />

yang menelepon Bu Broto di Gunung Kidul, Yogyakarta,<br />

lewat telepon umum di tengah keramaian kota Jakarta.<br />

Cerita tersebut dibangun dalam sebuah monolog di mana<br />

Siyem, aku lirik dalam puisi esai ini, bicara nyerocos terus<br />

menerus. Dari pembicaraannya tersebut tergambarlah situasi<br />

Jakarta dengan segala permasalahan serta keruwetan.<br />

Misalnya, bagaimana kesibukan dan kemacetan lalu lintas,<br />

bagaimana keramaian dan kemajuan pembangunan, bagaimana<br />

hubungan antar manusia, bagaimana arus urbanisasi,<br />

dan tentu saja berbagai peristiwa dalam kaitannya dengan<br />

persoalan moral, sosial, hukum, budaya dan politik di Jakarta,<br />

yang tidak lain merupakan gambaran nyata dari kondisi<br />

<strong>Indonesia</strong> itu sendiri. <strong>Puisi</strong> esai yang didekasikan untuk HUT<br />

Jakarta ke-470 ini menggunakan bahasa sehari-hari yang<br />

akrab, hangat dan hidup, terutama karena kemampuan<br />

penyair dalam mengolahnya sehingga memunculkan halhal<br />

yang segar dan lucu di sana sini. Kita simak salah satu<br />

bagiannya:<br />

Apa, Bu…? Oh, soal Jakarta?<br />

Sama saja, Bu Broto!<br />

Jakarta masih macet.<br />

Padahal di sini jalan-jalan terus dibikin.<br />

Selama tiga tahun, rasanya Jakarta makin macet.<br />

Kalau ibarat penyakit, ini penyakit yang makin parah.<br />

Bagaimana kagak macet, Bu…?<br />

Tiap tahun penduduk bertambah.<br />

Lalu yang namanya angkutan juga bertambah.<br />

Itu yang bikin Jakarta makin ruwet.<br />

222 PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!