03.03.2015 Views

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

Puisi-Esai-Kemungkinan-Baru-Puisi-Indonesia-ebook

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

dalam banyak puisi esai panjang-panjang, dan hubungan<br />

antarkalimat bersifat koheren sehingga membentuk satu bait<br />

yang mengemukakan sebuah gagasan, sebagaimana<br />

paragraf dalam cerpen. Di samping itu, kalimat-kalimatnya<br />

cenderung denotatif dan “terang-benderang”. Memang, jika<br />

sebuah cerita pendek disusun berlarik-larik sebagaimana<br />

lazimnya puisi dan dilengkapi dengan catatan kaki<br />

sebagaimana dituntut dalam puisi esai, maka cerpen tersebut<br />

dengan sendirinya akan jadi puisi esai. Dengan demikian,<br />

yang membedakan puisi esai dari cerpen pada akhirnya<br />

adalah struktur fisiknya, di samping catatan kaki tentu saja. 3<br />

Tapi bagaimanapun puisi esai pertama-tama adalah puisi.<br />

Kecenderungan itu terlihat dalam puisi esai Arif Fitra<br />

Kurniawan, “Bukan Lagi Rahasia Kita, Raisa”. Dengan<br />

kalimat-kalimat yang bersih dan terang, juga dengan<br />

sintaksis yang rapi, larik-larik puisi itu terasa sebagai prosa<br />

yang puitis, dan karenanya ia lebih terasa sebagai prosa<br />

dibanding puisi. Berikut ini saya kutip dua bait (maaf, Arif,<br />

di sini saya susun tidak lagi sebagai bait puisi tapi sebagai<br />

paragraf prosa, dengan mempertahankan penggunaan huruf<br />

kecil yang tentu disengaja sebagai pelanggaran atas<br />

konvensi, yang memang lazim dilakukan penyair, namun<br />

tidak lazim dilakukan oleh pengarang cerpen):<br />

3<br />

Selain bisa dibandingkan dengan cerpen (prosa), puisi esai dapat pula dibandingkan<br />

dengan monolog (drama). Sebagaimana cerpen, monolog juga mengandung cerita.<br />

Karenanya, puisi esai dapat pula berbentuk monolog. Contoh puisi esai berbentuk<br />

monolog adalah karya Wendoko, “Telepon”, yang juga terpilih sebagai pemenang<br />

hiburan, dimuat dalam buku puisi esai Dari Rangin ke Telepon, dibicarakan oleh<br />

Acep Zamzam Noor.<br />

PUISI ESAI KEMUNGKINAN BARU PUISI INDONESIA<br />

197

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!