22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

No.2.<br />

VAṆṆUPATHA-JĀTAKA<br />

“Tanpa mengenal lelah, semakin dalam mereka<br />

menggali,” ‒ Kisah ini disampaikan oleh Bhagawan ketika Beliau<br />

menetap di Sawatthi.<br />

Anda tentu mereka-reka, mengenai siapakah kisah ini?<br />

Kisah ini mengenai seorang bhikkhu yang menyerah<br />

dalam daya upaya pelatihan dirinya.<br />

Suatu waktu, saat Buddha menetap di Sawatthi,<br />

datanglah seorang keturunan keluarga Sawatthi ke Jetawana.<br />

Sewaktu mendengarkan khotbah Bhagawan, ia menyadari<br />

bahwa nafsu keinginan merupakan sumber penderitaan, jadi ia<br />

memutuskan untuk menjadi seorang samanera. Selama lima<br />

tahun lamanya ia mempersiapkan diri untuk menjadi seorang<br />

bhikkhu 15 , ia mempelajari dua rangkuman dan melatih diri<br />

dengan menggunakan metode Vipassana, ia mendapatkan<br />

petunjuk dari Guru mengenai objek meditasi yang sesuai<br />

untuknya. Ia pun masuk ke dalam hutan untuk melatih diri,<br />

melewati musim hujan di hutan itu. Namun setelah berupaya<br />

dalam latihan selama tiga bulan, ia tidak memperoleh kemajuan<br />

15<br />

Masa pelatihan pabbajjā dan upasampadā merupakan dua tingkatan pelatihan diri sebelum<br />

ditahbiskan menjadi bhikkhu. Setara dengan gelar sarjana muda dan sarjana penuh di<br />

Universitas, sama halnya dengan tingkat pendeta dan pastor. Namun kurang sesuai jika kita<br />

memakai susunan kata umat Kristen untuk membicarakan falsafah agama Buddha, sehingga<br />

istilah-istilah tersebut dihindari pemakaiannya dalam penerjemahan sedapat mungkin.<br />

Sebagaimana terlihat dalam Vinaya ( Mahāvagga I hal.49-51 ), usia lima belas tahun adalah<br />

usia yang biasa untuk mengikuti pelatihan pabbajjā dan usia dua puluh untuk upasampadā,<br />

dengan jarak usia lima tahun seperti yang tercantum dalam teks tersebut.<br />

19<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

apapun. Keraguan menyerangnya, “Guru berkata ada empat<br />

jenis manusia di dunia ini, saya pasti jenis terendah dari<br />

semuanya. Tidak akan ada hasil yang dapat saya capai, baik<br />

tingkat kesucian Jalan maupun Buah dari Sotāpanna dalam<br />

kelahiran kali ini. Apa gunanya saya tinggal di hutan? Saya akan<br />

kembali ke sisi Guru untuk menyaksikan keagungan Beliau dan<br />

mendengarkan Dhamma-Nya yang indah.” Maka ia pun kembali<br />

ke Jetawana.<br />

Semua teman dan kerabatnya berkata, “Awuso (Āvuso),<br />

bukankah engkau telah mendapatkan objek pelatihan yang<br />

diberikan oleh Guru dan telah pergi untuk berlatih dalam<br />

penyepian diri sebagai orang bijak? Sekarang engkau kembali<br />

untuk bergabung bersama para bhikkhu lainnya. Apakah engkau<br />

telah berhasil mencapai tingkat kesucian Arahat dan tidak akan<br />

mengalami kelahiran kembali lagi?” “Awuso, saya tidak berhasil<br />

mencapai apa pun, baik tingkat kesucian Jalan maupun Buah<br />

dari Sotāpanna, saya merasa telah gagal, jadi saya memutuskan<br />

untuk menyerah dan kembali lagi ke tempat ini.” “Awuso, engkau<br />

telah melakukan kesalahan, berputus asa di saat engkau telah<br />

bertekad untuk melaksanakan ajaran dari seorang Sang Guru.<br />

[107] Mari, kami akan membawamu menemui Sang Guru untuk<br />

meminta petunjuk-Nya.” Lantas mereka membawanya menemui<br />

Sang Guru.<br />

Saat Sang Guru mengetahui kedatangan mereka, Beliau<br />

berkata, “Wahai Bhikkhu, kalian membawa seorang bhikkhu yang<br />

datang bukan atas kehendaknya. Apa yang telah ia lakukan?”<br />

“Bhante, setelah bertekad melaksanakan ajaran<br />

kebenaran sejati, bhikkhu ini menyerah dalam daya upaya<br />

20

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!