22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

kembali ke tempat mereka. Bodhisatta bertanya kepada<br />

Mittavindaka, ke mana ia pergi selama selang waktu itu. Mittavindaka<br />

menceritakan kepadanya apa saja yang telah<br />

dilakukannya selama masa itu.<br />

“Karena tidak mendengarkan nasihat dari mereka yang<br />

menginginkan kebaikan untuknya,” kata Bodhisatta, “ia mengalami<br />

semua kemalangan ini.” Ia membacakan syair berikut ini :<br />

Orang yang keras kepala, pada saat dinasihati,<br />

memberikan ketidakacuhan pada teman-teman yang<br />

berbaik hati memberikan nasihat,<br />

akan menimbulkan bahaya tertentu, — seperti Mittaka,<br />

saat ia menangkap kaki kambing yang sedang<br />

merumput.<br />

Pada saat itu, baik guru maupun Mittavindaka samasama<br />

meninggal dunia dan alam kelahiran mereka setelah<br />

meninggal adalah sesuai dengan perbuatan mereka masingmasing.<br />

____________________<br />

Sang Guru berkata, “Losaka sendiri yang menyebabkan<br />

ia menerima sedikit dana, dan juga mencapai tingkat kesucian<br />

Arahat.” Setelah uraian tersebut berakhir, Beliau mempertautkan<br />

dan menjelaskan tentang kelahiran tersebut dengan berkata,<br />

“Thera Losaka Tissa adalah Mittavindaka di masa itu dan Saya<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

sendiri adalah Guru yang sangat terkenal di seluruh dunia 94<br />

tersebut.”<br />

No.42.<br />

KAPOTA-JĀTAKA<br />

“Orang keras kepala,” dan seterusnya. Kisah ini<br />

diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana, mengenai<br />

seorang bhikkhu yang serakah. Keserakahannya akan<br />

berhubungan dengan Buku Kesembilan, dalam Kāka-Jātaka 95 .<br />

Pada kesempatan ini para bhikkhu menyampaikan<br />

kepada Sang Guru, dengan berkata,“Bhante, bhikkhu ini sangat<br />

serakah.”<br />

Sang Guru bertanya, “Benarkah [242] apa yang<br />

dikatakan mereka, Bhikkhu, bahwa engkau sangat serakah?”<br />

“Benar, Bhante,” jawabnya.<br />

“Demikian juga di kehidupan yang lampau, Bhikkhu,<br />

engkau serakah dan karena keserakahanmu, engkau kehilangan<br />

nyawa, juga menyebabkan ia yang bijaksana dan penuh<br />

kebaikan kehilangan tempat tinggal.” Setelah mengucapkan katakata<br />

itu, Beliau menceritakan kisah kelahiran lampau ini.<br />

94<br />

Bandingkan dengan No.82, 104, 369, 439, Petavatthu No.43, Avadāna-Ṣataka No.50,<br />

J.As.1878, dan Ind.Antiq.x.293.<br />

95<br />

Ini adalah penyusunan yang keliru. Tidak ada Kāka-Jātaka di Buku Kesembilan, namun<br />

ada di Buku Keenam (No.395, <strong>Vol</strong>. III). Lihat juga No.274 dan 375.<br />

257<br />

258

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!