22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

kata-kata berikut, “Bahkan hadiah berupa kerajaan yang meliputi<br />

seluruh dunia pun tidak dapat memuaskan mereka yang tidak<br />

tahu berterima kasih dan tidak tahu bersyukur.” Dan dalam syair<br />

berikut, Dewa tersebut mengajarkan tentang kebenaran : —<br />

Semakin kurangnya rasa berterima kasih, semakin<br />

Banyak yang diminta;<br />

Semua hal di dunia tidak dapat memuaskan nafsunya.<br />

Dewa pohon membuat hutan itu bergema kembali<br />

dengan syair tersebut. Sementara Bodhisatta, setelah meninggal<br />

dunia, terlahir kembali di alam yang sesuai dengan<br />

perbuatannya.<br />

____________________<br />

Kata Sang Guru, “Ini bukan pertama kalinya, para<br />

Bhikkhu, bahwa Dewadatta menunjukkan rasa tidak tahu<br />

berterima kasih; ia juga menunjukkan sikap yang sama pada<br />

kelahiran yang lampau.” Setelah uraiannya berakhir, beliau<br />

menjelaskan kelahiran tersebut, “Dewadatta adalah orang yang<br />

tidak tahu berterima kasih pada masa itu, Sariputta adalah dewa<br />

pohon; dan saya sendiri adalah raja gajah yang baik.”<br />

[Catatan : Cf. Milinda-pañho 202,29.]<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

No. 73.<br />

SACCAṀKIRA-JĀTAKA<br />

“Mereka mengetahui dunia ini,” dan seterusnya. Kisah ini<br />

diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Weluwana,<br />

mengenai usaha untuk membunuh. Saat duduk di Balai<br />

Kebenaran, para bhikkhu sedang membicarakan kejahatan<br />

Dewadatta, “Awuso, Dewadatta tidak mengetahui kebaikan dari<br />

Sang Guru; ia benar-benar berusaha membunuh beliau.” Saat<br />

itu, Sang Guru memasuki Balai Kebenaran dan menanyakan apa<br />

yang sedang mereka bicarakan. [323] Mendengar penjelasan<br />

mereka, beliau berkata, “Ini bukan pertama kalinya, para<br />

Bhikkhu, bahwa Dewadatta berusaha membunuh saya; ia juga<br />

melakukannya pada kehidupan yang lampau.” Setelah<br />

mengucapkan kata-kata tersebut, beliau menceritakan kisah<br />

kelahiran lampau ini.<br />

____________________<br />

Pada suatu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />

ia mempunyai seorang putra yang bernama Pangeran Jahat. Ia<br />

sangat galak dan kejam, seperti seekor ular yang bisa melukai. Ia<br />

berbicara pada setiap orang dengan makian dan pukulan.<br />

Pangeran ini seperti sebutir pasir di mata setiap orang, baik yang<br />

berada di dalam maupun di luar istana, atau seperti raksasa yang<br />

kelaparan, — begitu menakutkan dan berbahayanya dia.<br />

Suatu hari, karena ingin menyenangkan diri di sungai, ia<br />

berangkat dengan rombongan besar ke tepi sungai. Muncul<br />

405<br />

406

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!