22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

tentang kelahiran tersebut dengan mengatakan, “Thera Ānanda<br />

adalah raja tersebut dan Buddha Yang Maha Sempurna adalah<br />

kuda tersebut.”<br />

No.25.<br />

TITHA-JĀTAKA<br />

“Gantilah tempatnya olehmu,” dan seterusnya. Kisah ini<br />

diceritakan oleh Sang Guru ketika Beliau berada di Jetawana,<br />

mengenai seorang mantan tukang emas yang telah menjadi<br />

bhikkhu dan tinggal bersama sang Panglima Dhamma<br />

(Sāriputta).<br />

Hanya seorang Buddha yang memiliki pemahaman isi<br />

hati dan dapat membaca pikiran manusia. Oleh karena itu, tanpa<br />

kekuatan itu, sang Panglima Dhamma hanya dapat memahami<br />

sedikit isi hati dan pikiran dari teman satu ruangannya,<br />

memberikan objek perenungan terhadap noda pikiran kepadanya.<br />

Inilah alasan mengapa objek itu tidak begitu bermanfaat<br />

baginya. Menurut cerita yang disampaikan secara turun temurun,<br />

ia dilahirkan selama lima ratus kali berturut-turut sebagai seorang<br />

tukang emas. Akibat terus menerus melihat keindahan emas<br />

murni dalam waktu yang begitu lama, objek perenungan yang<br />

diberikan oleh Thera Sāriputta menjadi tidak begitu<br />

membantunya. Ia menghabiskan waktu empat bulan tanpa<br />

mendapatkan kemajuan apa pun selain yang berhasil dicapainya<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

saat permulaan latihan. Mengetahui bahwa ia tidak mampu<br />

membantu teman satu ruangannya mencapai tingkat kesucian<br />

Arahat, sang Panglima Dhamma berpikir, “Tidak ada orang lain<br />

lagi, selain Buddha sendiri, yang mampu memperbaiki hal ini.<br />

Saya akan membawanya menemui Sang Buddha.” Maka saat<br />

fajar menyingsing, ia membawa bhikkhu itu menemui Sang<br />

Buddha.<br />

“Ada apa, Sāriputta?” tanya Sang Guru, “Apa yang<br />

membuatmu datang bersama bhikkhu ini?” “Bhante, saya<br />

memberikan sebuah objek perenungan untuknya. Setelah<br />

menghabiskan waktu empat bulan, ia masih belum mencapai<br />

kemajuan apa pun selain hasil yang dicapainya di awal pelatihan;<br />

Saya membawanya menemui Anda, karena berpikir tidak ada<br />

orang lain selain seorang Buddha yang dapat mengubah<br />

keadaan ini.” “Objek meditasi apa yang engkau berikan padanya,<br />

Sāriputta?” “Objek perenungan terhadap noda pikiran,<br />

Bhagawan.” “Sāriputta, engkau masih belum memiliki<br />

kemampuan untuk mengetahui isi hati dan pikiran seseorang.<br />

Engkau boleh pergi terlebih dahulu, dan kembali di sore hari<br />

untuk menjemput teman satu ruanganmu ini.”<br />

Setelah meminta thera senior itu pergi, Sang Guru<br />

memberikan jubah dalam dan luar yang bagus kepadanya,<br />

membuat bhikkhu itu tetap berada di sisinya saat Beliau pergi ke<br />

kota melakukan pindapata, melihat Beliau menerima berbagai<br />

macam makanan yang didanakan. Saat kembali ke wihara, ia<br />

dikelilingi oleh para bhikkhu, sementara Sang Bhagawan<br />

beristirahat siang [183] di ruangan yang wangi (gandhakuṭi). Di<br />

sore harinya, Sang Guru bersama bhikkhu itu berjalan di sekitar<br />

145<br />

146

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!