22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

[Catatan : Lihat juga No. 237.]<br />

No.69.<br />

VISAVANTA-JĀTAKA<br />

“Memalukan jika,” dan seterusnya. Kisah ini diceritakan<br />

oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana mengenai Sariputta<br />

(Sāriputta), Panglima Dhamma. Menurut kisah yang diceritakan<br />

secara turun-temurun; pada masa itu, Sariputta Thera sangat<br />

suka makan kue yang terbuat dari tepung, (sehingga) para<br />

penduduk datang ke wihara dengan membawa sejumlah kue<br />

tersebut kepada Sanggha. Setelah semua bhikkhu makan bagian<br />

mereka, masih banyak kue yang tersisa; dan para pemberi<br />

derma berkata, “Bhante, ambillah sebagian untuk mereka juga<br />

yang sedang pergi ke dusun.”<br />

Saat itu, seorang anak muda yang merupakan murid<br />

pendamping (saddhivihārika) Sariputta Thera sedang pergi ke<br />

dusun. Mereka menyisihkan satu bagian untuknya; tetapi, karena<br />

ia belum juga kembali sementara hari hampir siang, 122 maka<br />

bagiannya diberikan kepada Sariputta Thera. Ketika bagian itu<br />

telah dimakan Sariputta Thera, anak muda itu tiba. Karena itu,<br />

Sariputta Thera menjelaskan hal tersebut kepadanya, “Awuso,<br />

saya telah memakan kue yang sebenarnya disisihkan untukmu.”<br />

122<br />

Yakni mendekati tengah hari, setelah itu makanan tidak boleh dimakan lagi.<br />

381<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

“Ah!” jawabnya tidak senang, “Bhante, kita semua juga suka<br />

makanan yang manis.” Sariputta Thera merasa sangat bersalah.<br />

“Mulai hari ini,” ia berseru, “saya bertekad tidak akan<br />

pernah memakan kue tepung lagi.” Dan mulai saat itu, menurut<br />

kisah yang diceritakan secara turun-temurun; Sariputta Thera<br />

tidak pernah menyentuh kue tepung lagi. Pantangan ini diketahui<br />

secara umum di kalangan Sanggha. Dan saat para bhikkhu<br />

duduk membicarakan hal tersebut di Balai Kebenaran, Sang<br />

Guru bertanya, “Apa yang sedang kalian bicarakan, para<br />

Bhikkhu, dengan duduk bersama di sini?” Setelah mereka<br />

menceritakan hal tersebut, beliau berkata, “Para bhikkhu, sekali<br />

Sariputta melepaskan sesuatu, ia tidak akan pernah mengambilnya<br />

lagi, walaupun nyawanya menjadi taruhan.” Setelah<br />

mengucapkan kata-kata tersebut, beliau menceritakan kisah<br />

kelahiran lampau ini:<br />

____________________<br />

Pada suatu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />

Bodhisatta terlahir dalam sebuah keluarga tabib yang ahli<br />

mengobati gigitan ular. Setelah dewasa, ia mempraktikkan<br />

keahlian tersebut sebagai mata pencahariannya.<br />

Ketika itu, ada seorang pria dusun yang digigit oleh<br />

seekor ular; dan tanpa menunda lagi, kerabatnya segera<br />

menjemput tabib tersebut. Bodhisatta berkata, “Haruskah saya<br />

mengeluarkan bisa ular dengan penangkal racun seperti<br />

biasanya, ataukah menyuruh agar ular itu ditangkap untuk<br />

menyedot ke luar racunnya?” “Tangkap ular itu dan buat ia<br />

menyedot keluar racunnya.” Setelah ular itu ditangkap, ia<br />

382

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!