22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

Setelah memberi penjelasan tersebut, makhluk yang<br />

agung itu mengajari raja dengan berkata, “Paduka, raja tidak<br />

boleh bertindak tanpa menguji dan mengetahui keseluruhan<br />

permasalahan.” Merasa senang, raja memberikan kerajaannya<br />

kepada Bodhisatta, namun Bodhisatta mengembalikannya<br />

kepada raja, yang menerima lima sila darinya, ia juga memohon<br />

pada raja untuk melindungi semua makhluk hidup dari bencana.<br />

Dan raja yang terharu oleh kata-kata tersebut, memberikan<br />

kekebalan pada semua makhluk hidup, dan dalam kenyataannya<br />

ia terus menerus memberikan hadiah yang berlimpah pada<br />

bangsa gagak. Setiap hari ia membuat enam gantang berisikan<br />

nasi yang dimasak untuk mereka dengan rasa yang lezat, dan<br />

semua itu diberikan kepada gagak. Untuk Bodhisatta sendiri,<br />

tersedia makanan seperti apa yang dimakan oleh raja sendiri.<br />

__________________<br />

Setelah uraian-Nya berakhir, Sang Guru menjelaskan<br />

kelahiran tersebut dengan berkata, “Ānanda adalah Raja<br />

Benares di masa itu, dan Saya sendiri adalah raja gagak itu.”<br />

No.141.<br />

GODHA-JĀTAKA<br />

[487] “Teman yang jahat,” dan seterusnya. Kisah ini<br />

diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Weluwana<br />

mengenai seorang bhikkhu yang berkhianat. Cerita pembukanya<br />

691<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

sama dengan apa yang diceritakan dalam Mahilā-Mukha-<br />

Jātaka 221 .<br />

___________________<br />

Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />

Bodhisatta terlahir kembali sebagai seekor kadal. Setelah<br />

dewasa, ia menetap di sebuah lubang besar di tepi sungai<br />

dengan para pengikutnya, berupa ratusan ekor kadal lainnya.<br />

Bodhisatta mempunyai seorang anak, seekor kadal muda, yang<br />

berteman baik dengan seekor bunglon; mereka selalu bermain<br />

bersama dan saling merangkul. Kedekatan ini dilaporkan kepada<br />

sang raja kadal, ia meminta anaknya menghadap dan<br />

mengatakan persahabatan seperti itu adalah salah, karena<br />

bangsa bunglon adalah makhluk yang akhlaknya rendah, jika<br />

kedekatan seperti itu terus berlangsung, malapetaka akan<br />

menimpa seluruh kadal. Ia memerintahkan putranya untuk tidak<br />

berhubungan lagi dengan bunglon tersebut. Namun anaknya<br />

tetap melanjutkan kedekatan itu. Lagi dan lagi Bodhisatta<br />

berbicara dengan putranya, melihat kata-katanya tidak<br />

bermanfaat dan meramalkan bahaya yang akan dialami oleh<br />

para kadal karena bunglon itu, ia menggali sebuah jalan keluar di<br />

salah satu sisi lubang mereka, sehingga ada satu jalan untuk<br />

merlarikan diri pada saat dibutuhkan.<br />

Waktu terus berlalu, kadal muda itu tumbuh besar<br />

sementara bunglon itu tidak bertambah besar lagi. Dan rangkulan<br />

yang erat dari kadal itu malah menimbulkan rasa sakit, sehingga<br />

bunglon itu meramalkan kematian akan menimpanya jika mereka<br />

tetap bersama beberapa hari lagi, maka ia memutuskan untuk<br />

221<br />

No.26.<br />

692

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!