22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

Ketika ditanya raja, siapakah di antara ketiga orang itu<br />

yang akan ia pilih, wanita itu menjawab, “Tidak bisakah Maharaja<br />

memberikan mereka bertiga kepadaku?” “Tidak,” jawab raja,<br />

“saya tidak bisa.” [308] “Baiklah, jika saya tidak bisa<br />

mendapatkan mereka bertiga, berikanlah saudaraku kepada<br />

saya.” “Ambil suami atau anakmu,” kata raja. “Apa masalahnya<br />

jika seorang saudara?” “Dua orang yang pertama (yang<br />

disebutkan Maharaja) bisa digantikan dengan mudah,” jawab<br />

wanita tersebut, “tetapi, seorang saudara tidak akan pernah.”<br />

Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, ia mengulangi syair<br />

berikut ini : —<br />

Seorang putra mudah didapatkan; tentang suami juga<br />

Beragam pilihan menjejali tempat-tempat umum. Tetapi,<br />

Di manakah, dengan segala usahaku, seorang saudara<br />

Yang lain bisa ditemukan?<br />

“Ia sungguh benar,” kata raja, benar-benar puas. Raja<br />

kemudian memerintahkan agar ketiga pria itu dijemput dari<br />

penjara dan diberikan kepada wanita itu. Ia membawa mereka<br />

bertiga dan segera pergi.<br />

____________________<br />

“Demikianlah, para Bhikkhu,” kata Sang Guru, “bahwa<br />

wanita yang sama ini telah pernah menyelamatkan ketiga pria<br />

yang sama ini dari bahaya.” Setelah uraiannya berakhir, beliau<br />

mempertautkan dan menjelaskan kelahiran tersebut, “Wanita dan<br />

ketiga pria pada kelahiran ini adalah wanita dan pria-pria yang<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

sama pada kehidupan lampau, dan saya sendiri adalah raja pada<br />

waktu itu.”<br />

[Catatan : Cf. dengan maksud di syair Herodotus III. 118-120,<br />

Sophocles Antigone 909-912; dan lihat bagian ini dibahas di Indian<br />

Antiquary di bulan Desember,1881.]<br />

No.68.<br />

SĀKETA-JĀTAKA<br />

“Kepada orang yang pikiranmu merasakan ketenangan,”<br />

dan seterusnya. Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika<br />

berada di Hutan Anjana (Añjana), mengenai seorang brahmana.<br />

Menurut kisah yang disampaikan secara turun-temurun; ketika<br />

Bhagawan dengan para siswanya sedang memasuki Kota<br />

Saketa (Sāketa), seorang brahmana tua dari tempat tersebut,<br />

yang hendak pergi ke luar, bertemu dengan beliau di gerbang<br />

kota. Setelah bersujud kepada Bhagawan, dan memegang<br />

pergelangan kakinya dengan penuh hormat, pria tua itu berseru,<br />

“Nak, bukankah adalah kewajiban anak-anak untuk<br />

membahagiakan hari tua orang tua mereka? [309] Mengapa<br />

engkau tidak mengizinkan kami untuk menemuimu selama ini?<br />

Akhirnya saya bisa bertemu denganmu; mari, biar ibumu<br />

melihatmu juga.”<br />

377<br />

378

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!