22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

dengan memukul gendang, sampai seisi rumah penuh dengan<br />

suara bising, seolah-olah sedang membangunkan seluruh<br />

pelayan. Para perampok berkata, “Rumah ini tidak kosong<br />

seperti yang diberitahukan kepada kita, majikannya pasti berada<br />

di rumah.” Sambil membuang batu-batunya, pentunganpentungan<br />

dan senjata lainnya, mereka lari untuk<br />

menyelamatkan diri. Keesokan harinya, kegelisahan melanda<br />

saat melihat semua senjata yang dibuang di sekitar rumah<br />

tersebut, dan Kutukan dipuji setinggi langit dengan pujian-pujian<br />

seperti berikut: “Jika rumah ini tidak dijaga oleh orang yang bijak<br />

seperti orang ini, para perampok akan dengan mudahnya<br />

berjalan masuk sesuka mereka dan menjarah rumah ini.<br />

Bendaharawan berhutang keberuntungan pada sahabatnya yang<br />

setia.” Dan pada saat saudagar tersebut kembali dari desa yang<br />

dikepalainya itu, mereka segera menceritakan kejadian tersebut<br />

kepadanya. “Ah,” katanya, “inilah penjaga rumah saya yang<br />

paling bisa dipercayai, yang kalian inginkan saya untuk<br />

mengusirnya. Jika saja saya menuruti nasihat kalian dan<br />

mengusirnya, saya akan menjadi seorang pengemis saat ini juga.<br />

Bukanlah nama, namun hati di dalam yang menentukan seorang<br />

manusia.” Setelah mengucapkan kata-kata itu, ia menaikkan<br />

upah Kutukan. Berpikir bahwa ini adalah sebuah kisah [365] yang<br />

menarik untuk diceritakan, ia pun segera pergi menemui Sang<br />

Guru dan menyampaikan cerita lengkap atas kejadian tersebut.<br />

“Ini bukan pertama kalinya, Tuan,” kata Sang Guru, “bahwa<br />

seorang sahabat yang bernama Kutukan menyelamatkan<br />

kekayaan sahabatnya dari para perampok; hal yang sama juga<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

terjadi pada kehidupan lampau.” Kemudian, atas permintaan<br />

Anāthapiṇḍika, Beliau menceritakan kisah kelahiran lampau ini.<br />

___________________<br />

Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />

Bodhisatta adalah seorang bendaharawan yang sangat terkenal.<br />

Ia mempunyai seorang sahabat yang bernama Kutukan, dan<br />

semuanya terjadi sama seperti kisah di atas. Saat kembali dari<br />

desa yang dikepalainya, bendaharawan mendengar apa yang<br />

telah terjadi, dan berkata kepada teman-temannya, “Jika saya<br />

mendengar nasihat kalian dan mengusir sahabat kepercayaanku,<br />

saya mungkin telah menjadi seorang pengemis saat ini juga.”<br />

Dan ia mengulangi syair berikut: —<br />

Seorang sahabat adalah ia yang akan pergi sejauh tujuh<br />

langkah untuk menolong kita 163 ;<br />

Sahabat sejati melakukan dua belas hal 164 .<br />

Kesetiaan yang teruji selama dua minggu atau sebulan,<br />

semakin lama membuatnya menjadi kerabat dekat ibarat<br />

diri kita yang kedua.<br />

— Lalu bagaimana saya dapat, setelah lama mengenal<br />

sahabatku, dianggap bijaksana dengan mengusir<br />

Kutukan?<br />

163<br />

Lihat “Old Indian Poetry” karya Griffith, hal.27; dan Aturan Pânini,V.2.22.<br />

164<br />

“Sahāyo pana dvādasakena hoti”. Di Kitab Komentar (Atthakata) tertulis frasa<br />

‘sabbakiccani’ dan ‘sabbiriyāpathesu’ sebagai penjelasnya; ‘kiccā’ bisa diartikan sebagai<br />

beragam jenis kewajiban/tugas, sedangkan ‘iriyāpatha’ bisa diartikan sebagai empat gerakan<br />

tubuh, yakni: berjalan, berdiri, duduk, dan berbaring (tidur).<br />

489<br />

490

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!