22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

Saat ia pergi, satu rombongan pemburu datang, melihat<br />

sapi itu, mereka membunuh dan memasaknya untuk dijadikan<br />

makan malam mereka. Apa yang tidak mereka makan dibawa<br />

pergi oleh mereka, hanya meninggalkan ekor, kulit dan tulang<br />

kering. Menemukan sisa-sisa yang menyedihkan itu saat<br />

kembali, brahmana tersebut berseru, “Jika dewa api ini tidak<br />

mampu menjaga miliknya sendiri, bagaimana mungkin ia bisa<br />

menjaga saya? Melayani dia hanya akan menghabiskan waktu,<br />

tidak membawa kebaikan maupun keuntungan.” Kehilangan<br />

minatnya untuk memuja dewa api, ia berkata, “Dewa api, jika<br />

engkau tidak bisa menjaga dirimu sendiri, bagaimana engkau<br />

bisa menjaga saya? Daging telah habis, sebagai gantinya<br />

engkau harus menyantap sampah ini.” Setelah mengucapkan<br />

kata-kata tersebut, ia melemparkan ekor dan sisa-sisa yang<br />

ditinggalkan oleh para perampok itu ke dalam api, dan<br />

mengucapkan syair berikut ini : —<br />

Jātaveda 224 yang keji, ini ekor untukmu;<br />

Dan ingatlah bahwa engkau cukup beruntung untuk<br />

mendapatkan sebanyak itu ! [495]<br />

Daging yang terbaik telah habis;<br />

tahanlah dengan ekor hari ini!<br />

Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, makhluk yang<br />

agung itu memadamkan api dengan air dan berangkat untuk<br />

menjadi seorang petapa. Ia memperoleh kemapuan batin luar<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

biasa dan pencapaian meditasi, dan akan terlahir kembali di alam<br />

brahma.<br />

____________________<br />

Setelah uraian tersebut berakhir, Sang Guru<br />

menjelaskan kelahiran tersebut dengan berkata, “Saya adalah<br />

petapa yang memadamkan api di masa itu.”<br />

No.145.<br />

RĀDHA-JĀTAKA<br />

“Berapa malam lagi yang?” dan seterusnya. Kisah ini<br />

diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana, mengenai<br />

godaan nafsu terhadap seorang bhikkhu oleh mantan istrinya<br />

dalam kehidupan berumah tangga. Kejadian dalam cerita<br />

pembuka akan diceritakan dalam Indriya-Jātaka 225 .<br />

Sang Guru berkata seperti ini pada bhikkhu tersebut,<br />

“Tidak mungkin untuk menjaga seorang wanita; tidak ada<br />

pengawal yang dapat menjaga seorang wanita untuk tetap<br />

berada di jalan yang benar. Engkau sendiri di kelahiran yang<br />

lampau menemukan semua usaha perlindunganmu gagal;<br />

bagaimana engkau bisa berharap untuk lebih berhasil dalam<br />

kehidupan ini?”<br />

Setelah mengucapkan kata-kata tersebut Beliau<br />

menceritakan kisah kelahiran lampau ini.<br />

224<br />

Lihat No.35.<br />

705<br />

225<br />

No.423.<br />

706

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!