22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

meninggal dunia dan terlahir kembali di alam bahagia sesuai<br />

dengan perbuatannya.<br />

___________________<br />

Setelah uraian ini berakhir, Sang Guru, sebagai seorang<br />

Buddha, mengucapkan syair berikut ini:<br />

Tanpa kemelekatan yang menghalangi hati atau pikiran,<br />

ketika kebenaran ditegakkan dengan damai untuk<br />

memenangkan,<br />

Ia yang melakukan hal demikian, akan mendapatkan<br />

kemenangan, dan semua belenggu 102 musnah sama<br />

sekali.<br />

Setelah Beliau memberi petunjuk dalam ajaran-Nya yang<br />

bisa membawa pada tingkat kesucian Arahat, sebagai tujuan<br />

utama, Sang Guru melanjutkan dengan membabarkan Empat<br />

Kebenaran Mulia, pada akhir khotbah, bhikkhu tersebut<br />

mencapai tingkat kesucian Arahat. Sang Guru juga<br />

mempertautkan dan menjelaskan kelahiran tersebut dengan<br />

berkata, “Aṅgulimāla 103 adalah adalah yaksaa di masa itu, dan<br />

saya sendiri adalah Pangeran Lima Senjata.”<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

No.56.<br />

KAÑCANAKKHANDHA-JĀTAKA [276]<br />

“Ketika kegembiraan,” dan seterusnya. Kisah ini<br />

diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Sawatthi, mengenai<br />

seorang bhikkhu. Menurut kisah yang diceritakan secara turun<br />

temurun, setelah mendengarkan khotbah yang diberikan oleh<br />

Sang Guru, seorang anak muda Sawatthi menyerahkan diri pada<br />

keyakinan yang tak ternilai 104 dan menjadi seorang bhikkhu.<br />

Para ācariya dan upphājaya-nya terus menerus memberikan<br />

petunjuk kepadanya mengenai Sepuluh Aturan Moralitas (sila),<br />

satu demi satu diuraikan secara terperinci; Bagian Pendek,<br />

Menengah dan Panjang dari Moralitas 105 . Yang merupakan<br />

kumpulan dari moralitas, dimana terdapat juga pengendalian diri<br />

berdasarkan pada Pātimokkha 106 , terdapat moralitas<br />

pengendalian diri terhadap indra, moralitas terhadap jalan hidup<br />

tanpa noda, moralitas yang berhubungan dengan cara seorang<br />

bhikkhu menggunakan keperluannya. Bhikkhu muda ini berpikir,<br />

“Ada begitu banyak aturan dalam moralitas ini; saya pasti akan<br />

menemui kegagalan untuk memenuhi semua tekad saya. Apa<br />

bagusnya menjadi seorang bhikkhu jika tidak mampu<br />

menjalankan aturan-aturan moralitas? Jalan yang terbaik bagiku<br />

adalah kembali ke keduniawian, mempunyai seorang istri dan<br />

104<br />

Ratanasāsanaṁ, yang mempunyai arti ‘ajaran yang berhubungan dengan (Tiga) Permata,<br />

102<br />

Lihat No.56 dan No.156.<br />

103<br />

Aṅgulimāla adalah seorang penjahat yang memakai untaian kalung dari jari tangan para<br />

korbannya, keyakinannya diubah oleh Sang Buddha dan akhirnya ia menjadi seorang Arahat.<br />

Bandingkan dengan Majjhima Nikāya No.86.<br />

319<br />

yakni Buddha, Dhamma dan Sanggha.<br />

105<br />

Diterjemahkan dalam “Buddhist Suttas” karya Rhy Davids, di hal.189-200.<br />

106<br />

Pātimokkha ini diterjemahkan dan dibicarakan dalam bagian pertama terjemahan Vinaya<br />

oleh Rhy Davids dan Oldenberg (S.B.E. <strong>Vol</strong>.13).<br />

320

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!