22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />

Bodhisatta terlahir sebagai seekor burung. Ketika mencapai usia<br />

yang memperlihatkan kebijaksanaan, nasib baik<br />

mendampinginya dan ia menjadi raja para burung, ia menetap<br />

bersama pengikutnya di sebuah pohon besar yang cabangcabangnya<br />

memanjang hingga menyentuh air sebuah kolam.<br />

Semua burung-burung ini, [472] bertengger di cabang pohon,<br />

dan menjatuhkan kotoran mereka di air yang terdapat dibawah<br />

mereka. Danau itu sendiri merupakan tempat tinggal Caṇḍa,<br />

Raja Nāga, yang marah atas kotoran yang terdapat dalam air,<br />

dan memutuskan untuk membalas dendam terhadap burungburung<br />

itu dengan membakar mereka. Maka suatu malam saat<br />

mereka semua sedang bertengger di sepanjang cabang pohon,<br />

ia menjalankan rencananya, mula-mula ia membuat air kolam<br />

mendidih, kemudian asap bermunculan, dan terakhir, ia<br />

membuat kobaran api memancar setinggi pohon lontar.<br />

Melihat kobaran api yang ditembakkan dari dalam air,<br />

Bodhisatta berteriak kepada kawanan burung itu, “Air digunakan<br />

untuk memadamkan api, namun di sini, air itu sendiri yang<br />

mengeluarkan api. Ini bukan lagi tempat untuk kita. Mari kita<br />

mencari tempat tinggal di lokasi lain.” Setelah berkata demikian,<br />

ia mengucapkan syair berikut ini : —<br />

Lihatlah, di tempat perlindunganmu terdapat musuh,<br />

dan api membakar air;<br />

Segeralah pergi dari pohonmu,<br />

biarkan kepercayaan membalikkan rasa gemetar.<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

Dan Bodhisatta terbang pergi bersama sejumlah burung<br />

yang mengikuti nasihatnya; namun mereka yang tidak patuh,<br />

yang tetap tinggal, semuanya binasa.<br />

____________________<br />

Setelah uraian tersebut berakhir, Sang Guru<br />

membabarkan Empat Kebenaran Mulia (Di akhir khotbah,<br />

bhikkhu tersebut mencapai tingkat kesucian Arahat) dan<br />

menjelaskan kelahiran tersebut dengan berkata, “Burung yang<br />

setia dan patuh di masa itu merupakan siswa-siswa Saya<br />

sekarang ini, dan Saya sendiri adalah raja burung tersebut.”<br />

No.134.<br />

[473] JHĀNASODHANA-JĀTAKA<br />

“Dalam kesadaran,” dan seterusnya. Kisah ini diceritakan<br />

oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana, mengenai<br />

interpretasi yang dilakukan oleh Sāriputta, sang Panglima<br />

Dhamma, di gerbang Kota Saṁkassa, atas masalah yang<br />

dikemukakan secara singkat oleh Sang Guru. Berikut ini adalah<br />

kisah kelahiran lampau yang diceritakan oleh Beliau.<br />

____________________<br />

Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />

….. dan seterusnya….. Bodhishatta, menjelang kematiannya di<br />

rumahnya dalam hutan, berseru, “Dalam kesadaran dan<br />

ketidaksadaran.” ….. Dan para petapa lainnya tidak percaya<br />

667<br />

668

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!