22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

sepenuh saat saya meninggalkan kalian. Kalian memuji minuman<br />

tersebut setinggi langit, namun tidak setetes pun yang masuk ke<br />

mulut kalian. Mengapa, jika itu benar-benar minuman yang baik,<br />

kalian tentu telah menghabiskan bagian kalian. Minuman ini pasti<br />

telah diberi obat!” Dan ia mengulangi syair sebagai berikut : —<br />

Apa? Ditinggalkan tanpa dicicipi minuman yang kalian<br />

sombongkan sangat langka?<br />

Tidak, ini membuktikan minuman keras tersebut tidak<br />

murni. [270]<br />

Setelah mengisi hidupnya dengan melakukan perbuatan<br />

baik, Bodhisatta meninggal dan terlahir di alam bahagia.<br />

____________________<br />

Setelah uraian tersebut berakhir, Sang Guru<br />

menjelaskan kelahiran tersebut dengan berkata, “Para penjahat<br />

di kehidupan ini juga merupakan penjahat di kehidupan yang<br />

lampau, dan Saya sendiri adalah saudagar dari Benares.”<br />

No.54.<br />

PHALA-JĀTAKA<br />

“Jika di dekat sebuah desa,” dan seterusnya. Kisah ini<br />

diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana, mengenai<br />

seorang upasaka yang ahli dalam hal buah-buahan. Hal ini<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

terjadi saat seorang penjaga Kota Sawatthi mengundang<br />

Sanggha dengan Buddha sebagai guru mereka, menempatkan<br />

mereka di taman peristirahatannya, dimana mereka disuguhi<br />

bubur beras dan kue. Kemudian ia meminta tukang kebunnya<br />

berkeliling bersama para bhikkhu, dan mempersembahkan<br />

bunga dan buah-buahan lainnya kepada Yang Mulia. Patuh pada<br />

perintah tersebut, lelaki itu berjalan di taman bersama para<br />

bhikkhu; dengan sekilas pandang, ia mampu menjelaskan buah<br />

apa yang masih mentah, yang hampir masak dan yang telah<br />

masak, demikian seterusnya. Apa yang dikatakannya sesuai<br />

dengan kenyataan yang ada. Saat para bhikkhu menemui Sang<br />

Buddha, mereka menyinggung betapa ahlinya tukang kebun itu,<br />

dengan berdiri di tanah, ia bisa mengatakan dengan jelas kondisi<br />

buah-buahan yang tergantung tinggi di pohon. “Para Bhikkhu,”<br />

kata Sang Guru, “tukang kebun ini bukan satu-satunya orang<br />

yang mempunyai pengetahuan tentang buah-buahan.<br />

Pengetahuan yang sama juga ditunjukkan oleh ia yang bijaksana<br />

dan penuh kebaikan di kehidupan yang lampau.” Setelah<br />

mengucapkan kata-kata itu, Beliau menceritakan kisah kelahiran<br />

lampau ini.<br />

____________________<br />

Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />

Bodhisatta terlahir di dalam sebuah keluarga pedagang. Setelah<br />

dewasa, ia melakukan transaksi dagang dengan lima ratus buah<br />

gerobak. Suatu hari ia tiba di jalan yang mengarah ke dalam<br />

sebuah hutan yang lebat. [271] Berhenti di pinggir, ia<br />

mengumpulkan semua gerobak dan mengatakan hal berikut ini :<br />

— “Hutan ini ditumbuhi pohon-pohon beracun. Perhatikan untuk<br />

309<br />

310

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!