22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

belalainya ke sana kemari. Perasaan ini selalu mengikutinya,<br />

seakan ia masih terikat di tonggak itu untuk dilatih. Semua<br />

kebahagiaan lahir dan batin telah lenyap darinya, ia berkeliaran<br />

ke mana-mana dengan penuh ketakutan. Melihat hal itu, dewa<br />

pohon itu berdiri di cabang pohonnya dan mengucapkan syair<br />

berikut ini: —<br />

Takutkah engkau pada angin yang tiada henti<br />

memukul batang-batang rusak hingga pecah?<br />

Ketakutan seperti itu akan cukup membinasakanmu!<br />

[416] Demikianlah kata-kata dewa pohon yang<br />

membuatnya menjadi tenang. Sejak itu, gajah tersebut tidak<br />

merasa takut lagi.<br />

___________________<br />

Setelah uraian-Nya berakhir, Sang Guru mengajarkan<br />

Empat Kebenaran Mulia (di akhir khotbah, bhikkhu tersebut<br />

mencapai tingkat kesucian Sotāpanna), dan menjelaskan<br />

kelahiran tersebut dengan berkata, “Bhikkhu ini adalah gajah di<br />

masa itu, dan Saya adalah dewa pohon itu.”<br />

No.106.<br />

UDAÑCANI-JĀTAKA<br />

“Hidup bahagia tadinya adalah milikku,” dan seterusnya.<br />

Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana,<br />

575<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

mengenai godaan dari seorang gadis yang gemuk (atau kasar).<br />

Kejadian ini akan diceritakan dalam Culla-Nārada-Kassapa-<br />

Jātaka 189 di Buku Ketiga Belas.<br />

Saat menanyai bhikkhu tersebut, Sang Buddha<br />

mendapat pengakuan darinya bahwa benar ia sedang jatuh cinta,<br />

dan mencintai gadis gemuk itu. “Bhikkhu,” kata Sang Guru, “ia<br />

akan menyesatkan dirimu. Demikian juga di masa yang lampau<br />

ia membuat engkau menjadi jahat, dan engkau dipulihkan hingga<br />

dapat merasa bahagia kembali oleh ia yang bijaksana dan penuh<br />

kebaikan di kehidupan yang lampau.” Setelah mengucapkan<br />

kata-kata tersebut, Beliau menceritakan kisah kelahiran lampau<br />

ini.<br />

__________________<br />

Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />

terjadilah hal-hal seperti yang diceritakan dalam Culla-Nārada-<br />

Kassapa-Jātaka. Namun dalam kesempatan ini, Bodhisatta tiba<br />

di sore hari dengan membawa buah-buahan di tempat<br />

pertapaannya, membuka pintu dan berkata kepada putranya, “Di<br />

hari-hari biasa, engkau selalu membawakan kayu dan makanan,<br />

serta menyalakan perapian. Mengapa hari ini engkau tidak<br />

melakukan satu pun dari hal tersebut di atas, melainkan duduk<br />

termenung disini dengan menyedihkan?”<br />

“Ayah,” kata anak muda itu, “ketika engkau pergi<br />

mengumpulkan buah-buahan, seorang gadis datang kemari,<br />

yang mencoba memikat saya dengan rayuan. Namun, saya tidak<br />

akan pergi sebelum berpamitan denganmu, jadi saya<br />

189<br />

No.477.<br />

576

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!