22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

melewati jalanan yang rusak,<br />

Mereka mengikatkan ‘Si Hitam’; ia segera menarik<br />

muatan itu.<br />

Setelah uraian untuk memperlihatkan bahwa hanya ‘Si<br />

Hitam’ yang mampu menarik muatan itu, Beliau mempertautkan<br />

dan menjelaskan tentang kelahiran tersebut dengan berkata,<br />

“Uppalavaṇṇā adalah wanita tua tersebut dan Saya sendiri<br />

adalah ‘Si Hitam Milik Nenek’.”<br />

No.30.<br />

MUṆIKA-JĀTAKA<br />

“Maka jangan iri pada Muṇika yang malang,” dan<br />

seterusnya. Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di<br />

Jetawana mengenai godaan dari seorang wanita muda yang<br />

kasar. Kisah ini berhubungan dengan Buku Ketiga Belas, dalam<br />

Culla-Nārada-Kassapa-Jātaka 65 .<br />

Sang Guru bertanya kepada bhikkhu itu dengan berkata,<br />

“Benarkah, Bhikkhu, seperti yang mereka katakan, bahwa<br />

engkau merasa gelisah karena hasratmu?” “Benar, Bhante,”<br />

jawabnya. “Bhikkhu,” kata Sang Guru, “ia adalah kutukan<br />

untukmu. Di kehidupan yang lampau, engkau bahkan menemui<br />

ajalmu dan dijadikan makanan pembuka untuk para undangan di<br />

65<br />

No.477.<br />

171<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

hari pernikahannya.” Setelah mengucapkan kata-kata tersebut,<br />

Beliau menceritakan kisah kelahiran lampau ini.<br />

____________________<br />

Sekali waktu Brahmadatta memerintah Benares,<br />

Bodhisatta terlahir sebagai seekor sapi jantan, yang bernama<br />

Mahālohita, ia tinggal di tanah milik seorang penjaga sebuah<br />

desa kecil. Bodhisatta mempunyai seorang adik yang bernama<br />

Cūḷalohita. Dua bersaudara ini melakukan semua pekerjaan tarik<br />

menarik barang bagi tuan tanah mereka. Penjaga desa itu<br />

memiliki seorang anak perempuan, yang telah dilamar untuk<br />

menikah dengan anak lelaki dari seorang pria yang tinggal di<br />

kota. Orang tua gadis itu, bermaksud menyediakan makanan<br />

pilihan [197] bagi para undangan pernikahan putri mereka, mulai<br />

menggemukkan seekor babi yang bernama Muṇika.<br />

Melihat hal itu, Cūḷalohita berkata kepada abangnya,<br />

“Semua barang yang harus ditarik untuk keperluan rumah tangga<br />

ini selalu dilakukan oleh aku maupun kamu. Namun semua<br />

usaha kita hanya dihargai dengan memberikan sedikit rumput<br />

dan jerami sebagai makanan kita. Sementara babi itu diberi<br />

makan nasi! Apa yang menyebabkan dia mendapatkan makanan<br />

seistimewa itu?”<br />

Abangnya berkata, “Adikku, jangan iri padanya; ia<br />

hanyalah seekor babi yang sedang menikmati makanan<br />

terakhirnya. Ia mendapat makanan seperti itu untuk dijadikan<br />

makanan pembuka untuk para undangan saat pernikahan putri<br />

mereka. Hanya itu alasan mereka memberikan makanan seperti<br />

itu kepada babi tersebut. Tunggulah beberapa saat lagi hingga<br />

tamu-tamu berdatangan. Maka kamu akan melihat babi itu<br />

172

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!