22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

Setelah mengajarkan kebenaran kepada kumpulan<br />

orang bijak itu, ia mengakhiri perjalanannya dengan selamat.<br />

____________________<br />

“Demikianlah, para Bhikkhu,” kata Sang Guru, “di<br />

kehidupan yang lampau ia yang bijaksana dan penuh kebaikan<br />

sangat ahli dalam hal buah-buahan.” Setelah uraian tersebut<br />

berakhir, Beliau mempertautkan dan menjelaskan tentang<br />

kelahiran tersebut dengan berkata, “Para pengikut Buddha<br />

adalah orang-orang dalam rombongan gerobak itu, dan Saya<br />

sendiri adalah pemimpin gerobak tersebut.”<br />

No.55.<br />

PAÑCĀVUDHA-JĀTAKA<br />

“Tanpa kemelekatan,” dan seterusnya. Kisah ini diceritakan<br />

oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana, mengenai<br />

seorang Bhikkhu yang menyerah dalam semua usahanya.<br />

Sang Guru berkata kepadanya, “Benarkah laporan<br />

tersebut, Bhikkhu, bahwa engkau menyerah ?”<br />

“Benar, Sang Bhagawan.”<br />

“Di kehidupan yang lampau, Bhikkhu,” kata Sang Guru,<br />

“ia yang bijaksana dan penuh kebaikan mendapatkan takhtanya<br />

karena kegigihan yang tidak tergoyahkan pada saat diperlukan.”<br />

Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, Beliau menceritakan<br />

kisah kelahiran lampau ini.<br />

313<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

____________________<br />

Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />

Bodhisatta terlahir sebagai putra raja. Pada hari pemberian<br />

nama, orang tuanya menanyakan ramalan nasib anak mereka<br />

kepada delapan ratus orang brahmana, nasib anak yang terlahir<br />

sesuai harapan hati mereka yang penuh kebahagiaan. Melihat<br />

tanda-tanda yang dimiliki oleh anak itu, yang menunjukkan<br />

keagungan takdirnya, para brahmana yang merupakan peramal<br />

yang pintar, meramalkan bahwa saat ia naik tahta setelah raja<br />

wafat, ia akan menjadi seorang raja yang sangat hebat, diberkahi<br />

dengan semua kebaikan; Ia terkenal dan termashyur akan<br />

keberaniannya dalam menggunakan lima jenis senjata, ia tidak<br />

tertandingi di seluruh Jambudīpa 101 . [273] Karena ramalan para<br />

brahmana ini, orang tuanya menamai anak mereka Pangeran<br />

Pañcāvudha (Lima Senjata).<br />

Saat tumbuh dewasa di usia enam belas tahun, raja<br />

memintanya untuk pergi menimba ilmu.<br />

“Kepada siapakah, Paduka, saya menuntut ilmu?” tanya<br />

pangeran tersebut.<br />

“Kepada seorang guru yang sangat terkenal di Kota<br />

Takkasilā di Negeri Gandhāra. Ini adalah biayanya,” kata raja,<br />

memberikan seribu keping uang kepadanya.<br />

Pergilah pangeran tersebut ke Takkasilā dan mendapatkan<br />

pendidikan di sana. Pada saat ia akan meninggalkan<br />

tempat itu, gurunya memberikan lima jenis senjata dalam satu<br />

set kepadanya. Dengan dilengkapi senjata tersebut, setelah<br />

101<br />

Salah satu dari empat pulau atau dipā, yang membentuk bumi ini; termasuk India, dan<br />

melambangkan dunia yang kita huni menurut ingatan orang India.<br />

314

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!