Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
Tidak lama kemudian, Anāthapiṇḍika melakukan hal<br />
yang sama, yaitu mengirim lima ratus gerobak yang berisi barang<br />
dagangan ke daerah tempat saudagar itu tinggal; dan setibanya<br />
orang-orangnya di sana dengan hadiah di tangan, menghampiri<br />
saudagar di perbatasan itu. “Darimana asal kalian?” tanyanya.<br />
“Dari Sāvatthi,” jawab mereka; “diutus oleh sahabat penamu,<br />
Anāthapiṇḍika.” “Siapa pun dapat menyebut dirinya sendiri<br />
Anāthapiṇḍika,” dia berkata dengan nada mencemooh; dan<br />
setelah mengambil hadiah yang dibawa mereka, ia meminta<br />
mereka pergi, tanpa memberikan tempat bermalam ataupun<br />
uang. Maka mereka pergi menukarkan barang-barangnya sendiri<br />
dan kembali ke Sāvatthi dengan hasil penukaran tersebut,<br />
dengan membawa kisah penyambutan yang mereka terima.<br />
Sekarang giliran [378] saudagar dari perbatasan itu yang<br />
mengirim rombongan lain dengan lima ratus buah gerobak ke<br />
Sāvatthi; dan orang-orangnya datang dengan hadiah di tangan<br />
menunggu kedatangan Anāthapiṇḍika. Sewaktu melihat mereka,<br />
orang-orang Anāthapiṇḍika pun berkata, “Oh, kita akan<br />
memastikan, Tuan, bahwa mereka diberi tempat bermalam dan<br />
makanan yang layak dan diberi uang untuk memenuhi kebutuhan<br />
mereka.” Kemudian mereka membawa orang-orang asing itu ke<br />
pinggir kota dan meminta mereka menambatkan gerobak mereka<br />
pada tempatnya, menambahkan bahwa nasi dan uang akan<br />
diantar dari rumah Anāthapiṇḍika. Tetapi kala menjelang tengah<br />
malam, setelah mengumpulkan pelayan dan budak, mereka<br />
menjarah seluruh rombongan tersebut, mengambil semua<br />
pakaian yang mereka bawa, menghela pergi sapi mereka, dan<br />
melepaskan roda-roda dari gerobak-gerobak tersebut,<br />
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
meninggalkan gerobak tanpa roda itu. Hanya dengan baju di<br />
badan, orang-orang asing yang ketakutan itu pergi dengan cepat,<br />
dan kembali ke rumah mereka di perbatasan. Kemudian orangorang<br />
Anāthapiṇḍika menceritakan seluruh kejadian itu<br />
kepadanya. “Kisah yang menarik ini,” katanya, “akan menjadi<br />
hadiah saya untuk Sang Guru hari ini,” dan ia pun pergi untuk<br />
menceritakan kisah tersebut kepada Sang Guru.<br />
“Ini bukan pertama kalinya, Tuan,” kata Sang Guru,<br />
“bahwa saudagar dari perbatasan ini memperlihatkan watak yang<br />
demikian, ia juga memperlihatkan hal yang sama di kehidupan<br />
lampau.” Kemudian, atas permintaan Anāthapiṇḍika, Beliau<br />
menceritakan kisah kelahiran lampau berikut.<br />
____________________<br />
Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />
Bodhisatta adalah seorang saudagar yang sangat kaya di kota<br />
tersebut. Dan ia juga memiliki sahabat pena, seorang saudagar<br />
di perbatasan yang tidak pernah ia temui, dan semuanya terjadi<br />
sama seperti kisah di atas.<br />
Setelah diberitahukan oleh orang-orangnya tentang apa<br />
yang telah mereka lakukan, ia berkata, “Masalah ini adalah hasil<br />
dari rasa tidak tahu berterima kasih atas kebaikan yang mereka<br />
terima.” Dan ia melanjutkan untuk membimbing orang-orang<br />
yang berkumpul dalam kerumunan itu dengan syair berikut ini:<br />
Orang yang tidak tahu berterima kasih terhadap<br />
perbuatan baik,<br />
Sejak saat itu juga, ia tidak akan menemukan penolong<br />
saat membutuhkannya.<br />
513<br />
514