Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
ga ketika ia menghadap raja. Mari kita memalsukan sejumlah<br />
minuman keras dengan obat bius, lalu kita tempatkan di tenda<br />
penjual minuman. Kita semua akan duduk-duduk di sana saat<br />
Anāthapiṇḍika melewati tempat tersebut. ‘Datang dan bergabunglah<br />
dengan kami, Tuan Saudagar’, kita akan berseru, dan<br />
memberikan minuman tersebut kepadanya hingga ia tidak sadar.<br />
Kemudian kita akan melepaskan cincin-cincin dan pakaiannya,<br />
dan memperoleh uang untuk membeli minuman.”<br />
Rencana itu sangat memuaskan penjahat-penjahat<br />
lainnya, dan dilaksanakan sesuai apa yang telah mereka<br />
rancang. Saat Anāthapiṇḍika dalam perjalanan pulang, mereka<br />
menemui dan mengundangnya [269] untuk bergabung bersama<br />
mereka; karena mereka mempunyai sedikit minuman keras yang<br />
langka, ia harus mencicipinya sebelum pergi.<br />
“Apa?” pikirnya, “dapatkah orang yang percaya, yang<br />
mengetahui tentang nibbana, menyentuh minuman keras?<br />
Bagaimanapun, walau saya bukan pecandu minuman keras,<br />
saya akan menyingkap kejahatan mereka.” Maka ia pergi ke<br />
tenda mereka, cara kerja mereka segera menunjukkan padanya<br />
bahwa minuman itu telah mereka beri obat; ia memutuskan untuk<br />
membuat penjahat-penjahat itu mengambil langkah seribu. Ia<br />
mendakwa mereka memalsukan minuman keras dengan tujuan<br />
membius orang asing, kemudian merampok mereka. “Kalian<br />
duduk di tenda yang kalian dirikan, memuji minuman tersebut,”<br />
kata Anāthapiṇḍika; “namun untuk meminumnya, tidak satu pun<br />
dari kalian yang berani melakukannya. Jika minuman itu benarbenar<br />
bebas dari obat, minumlah kalian!” Pemaparan uraian itu<br />
membuat para penjahat mengambil langkah seribu, dan<br />
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
Anāthapiṇḍika melanjutkan perjalanan pulang ke rumahnya.<br />
Berpikir baik baginya untuk menceritakan kejadian itu kepada<br />
Sang Buddha, ia pergi ke Jetawana dan menuturkan peristiwa<br />
tersebut.<br />
“Kali ini, Perumah-tangga,” kata Sang Guru, “engkau<br />
yang coba mereka tipu. Di kehidupan yang lampau, mereka<br />
mencoba menipu ia yang bijaksana dan penuh kebaikan.”<br />
Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, atas permohonan para<br />
pendengar-Nya, Beliau menceritakan kisah kelahiran lampau ini.<br />
____________________<br />
Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />
Bodhisatta terlahir sebagai saudagar di kota tersebut. Demikian<br />
juga dengan gerombolan pemabuk itu. Mereka berkomplot<br />
bersama dengan perilaku yang sama, memberi obat dalam<br />
minuman keras, dan berjumpa dengannya dengan cara yang<br />
sama, serta menawarkan hal yang sama. Saudagar tersebut<br />
sama sekali tidak berniat untuk minum, meskipun demikian, ia<br />
pergi bersama mereka, hanya untuk membongkar kejahatan<br />
mereka. Melihat cara kerja mereka dan mencium gelagat<br />
mereka, ia ingin menakut-nakuti mereka hingga kabur, maka ia<br />
memberi gambaran akan merupakan kesalahan jika ia minum<br />
minuman keras sebelum menghadap raja. “Duduklah kalian di<br />
sini,” katanya, “setelah saya menemui Raja dan dalam perjalanan<br />
pulang, saya akan minum minuman tersebut.”<br />
Dalam perjalanan pulang, para penjahat itu<br />
memanggilnya lagi, namun saudagar itu melihat pada mangkukmangkuk<br />
yang telah diberi obat, membuat mereka goyah dengan<br />
berkata, “Saya tidak suka dengan cara kalian. Mangkuk ini<br />
307<br />
308