Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
Setelah berkata demikian, ia membawa Sang Guru ke<br />
rumahnya; di sana, Sang Guru duduk di tempat duduk yang<br />
disiapkan untuknya, dengan para siswanya berada di<br />
sekelilingnya. Kemudian datanglah istri brahmana itu, dan ia juga<br />
bersujud kepada Sang Guru, berseru, “Anakku, ke manakah<br />
engkau pergi selama ini? Bukankah adalah kewajiban anak-anak<br />
untuk menyenangkan hari tua orang tua mereka?” Ia kemudian<br />
memanggil semua anak laki-laki dan anak perempuannya bahwa<br />
saudara mereka telah datang, dan menyuruh mereka memberi<br />
penghormatan kepada Bhagawan. Sepasang orang tua itu,<br />
dengan pikiran yang dipenuhi kebahagiaan, memberikan derma<br />
besar, yaitu jamuan makanan kepada Bhagawan dan para<br />
siswanya. Setelah selesai makan, Sang Guru membabarkan<br />
sutta yang berhubungan dengan usia tua 120 kepada kedua orang<br />
tua itu; setelah selesai, sepasang suami istri itu memenangkan<br />
buah kesucian ketiga (Anāgāmi-phala). 121 Lalu, setelah bangkit<br />
dari tempat duduknya, Sang Guru kembali ke Hutan Anjana.<br />
Saat berkumpul bersama di Balai Kebenaran, para<br />
bhikkhu membicarakan hal tersebut. Mereka mengatakan bahwa<br />
brahmana itu pastinya tahu dengan benar bahwa Suddhodana<br />
adalah ayah, dan Mahamaya (Mahāmāyā) adalah ibu dari<br />
Bhagawan; meskipun demikian, brahmana dan istrinya itu<br />
menyatakan bahwa Bhagawan adalah putra mereka; — dengan<br />
persetujuan dari Sang Guru. Apa maksud dari semua ini?<br />
120<br />
Jarā-sutta dari Sutta-nipāta, hlm.152 dari edisi Fausböll untuk Pāli Text Society.<br />
121<br />
Orang yang telah mencapai tingkat kesucian ketiga, yang takkan terlahir kembali sebagai<br />
manusia.<br />
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
Setelah mendengar pembicaraan mereka, Sang Guru berkata,<br />
“Para Bhikkhu, sepasang orang tua itu benar dengan<br />
menyatakan bahwa saya adalah putra mereka.” Setelah<br />
mengucapkan kata-kata tersebut, beliau menceritakan kisah<br />
kelahiran lampau ini.<br />
____________________<br />
Para Bhikkhu, pada kelahiran yang lampau, brahmana ini<br />
adalah ayah saya selama 500 (lima ratus) kelahiran berturutturut,<br />
paman saya untuk jumlah kelahiran yang sama banyaknya,<br />
dan lima ratus kelahiran selanjutnya sebagai kakek saya. Dan<br />
dalam 1.500 (seribu lima ratus) kelahiran berturut-turut, (masingmasing<br />
sebanyak 500 kelahiran) istrinya adalah ibu saya, bibi<br />
saya, dan nenek saya. Jadi, saya dilahirkan dalam 1.500<br />
kelahiran oleh brahmana ini, dan dalam 1.500 kelahiran oleh<br />
istrinya.<br />
Bersamaan itu, setelah menceritakan tentang 3.000 (tiga<br />
ribu) kelahiran ini, Sang Guru, sebagai Buddha, mengulangi syair<br />
berikut ini:<br />
Kepada orang yang pikiranmu merasakan ketenangan,<br />
Bersamanya hatimu merasa senang pada pandangan<br />
Pertama, — taruhlah kepercayaanmu kepadanya.<br />
_____________________<br />
[310] Setelah uraian tersebut berakhir, Sang Guru<br />
mempertautkan dan menjelaskan tentang kelahiran tersebut,<br />
“Brahmana itu dan istrinya adalah suami istri pada semua<br />
kelahiran itu, dan saya sendiri adalah anak tersebut.”<br />
379<br />
380