22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

perkataan bendaharawan itu, ia memungut bangkai tikus, lalu<br />

menjualnya dengan harga seperempat sen ke sebuah kedai<br />

untuk dijadikan makanan bagi kucing di sana.<br />

Dengan uang itu, ia membeli sirup gula dan membawa<br />

air minum dalam sebuah kendi. Ia mencari para pemetik bunga<br />

yang baru pulang dari hutan, memberikan sedikit sirup gula dan<br />

menyendokkan air minum untuk mereka. Setiap orang<br />

memberikan seikat bunga kepadanya. Dengan hasil itu,<br />

keesokan harinya, ia mengunjungi para pemetik bunga lagi,<br />

membawa sirup dan air minum yang lebih banyak dari<br />

sebelumnya. Sebelum mereka pergi pada hari itu, para pemetik<br />

bunga memberinya tanaman bunga dengan sebagian bunga<br />

masih berada di batangnya; dalam waktu singkat ia telah<br />

mendapatkan delapan sen.<br />

Beberapa waktu kemudian, saat hari hujan dan berangin,<br />

angin merobohkan sebagian cabang yang telah busuk, ranting<br />

dan daun ke taman peristirahatan raja. Tukang kebun istana<br />

tidak tahu bagaimana cara membersihkan tempat itu. [121]<br />

Pemuda itu muncul dan menawarkan diri membersihkan tempat<br />

itu jika ia boleh mengambil ranting dan daun tersebut. Tukang<br />

kebun menyetujui hal itu. Kemudian siswa Cullakaseṭṭhi ini mulai<br />

membersihkan taman bermain anak-anak. Dalam waktu yang<br />

singkat, ia berhasil membuat anak-anak membantunya<br />

memungut setiap ranting dan daun yang ada di tempat itu dan<br />

menumpuknya di dekat pintu masuk dengan memberi mereka<br />

sirup gula. Di saat yang sama, pembuat tembikar kerajaan<br />

sedang mencari bahan bakar untuk membuat mangkuk kerajaan.<br />

Ia melihat tumpukan kayu itu dan membeli semua kayu-kayu<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

tersebut. Penjualan kayu itu memberikan enam belas sen kepada<br />

siswa Cullakaseṭṭhi, ditambah lima buah mangkuk dan bejana.<br />

Dengan dua puluh empat sen di tangan, sebuah rencana<br />

terpikirkan olehnya. Ia pergi ke arah gerbang kota, membawa<br />

kendi air dan menyiapkan minuman untuk lima ratus orang<br />

pemotong rumput. Mereka berkata, “Kamu telah berjasa pada<br />

kami. Apa yang bisa kami lakukan untukmu?” “Oh, akan saya<br />

katakan saat saya membutuhkan pertolongan kalian.” Sewaktu<br />

meninggalkan tempat itu, ia menjalin persahabatan dengan<br />

seorang pedagang yang melakukan jual beli di daratan dan<br />

seorang pedagang yang melakukan jual beli di lautan. Pedagang<br />

daratan itu berkata padanya, “Besok, akan datang seorang<br />

pedagang kuda ke kota ini dengan membawa lima ratus ekor<br />

kuda untuk dijual.” Mendengar berita itu, ia berkata kepada para<br />

pemotong rumput, “Saya minta masing-masing dari kalian<br />

memberikan seikat rumput padaku hari ini, dan jangan menjual<br />

rumput yang kalian miliki sebelum rumput saya habis terjual.”<br />

“Baiklah,” jawab mereka, lalu mengirim lima ratus ikat rumput ke<br />

rumahnya. Karena tidak bisa mendapatkan rumput untuk<br />

kudanya, pedagang kuda itu membeli rumput yang dijual oleh<br />

teman kita seharga seribu keping. Beberapa hari kemudian,<br />

setelah temannya yang melakukan jual beli di lautan<br />

menyampaikan kabar akan kedatangan sebuah kapal besar di<br />

dermaga, sebuah rencana lain terpikirkan olehnya. Dengan<br />

delapan sen, ia menyewa sebuah kereta kuda yang disewakan<br />

dengan hitungan per jam, kemudian bergerak maju dengan<br />

penuh gaya ke dermaga. Setelah membeli kapal itu secara kredit<br />

dengan memberikan cincin stempelnya sebagai jaminan, ia<br />

45<br />

46

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!