22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

Mengenali kakak tua itu, Kalaṇḍuka merasa takut<br />

perbuatannya akan dibongkar, berseru, “Ah, Tuan yang baik,<br />

kapan engkau tiba?”<br />

Kakak tua itu berpikir, “Ini bukan persahabatan, namun<br />

keinginan untuk mencekik leher saya, hal itu yang mendorong<br />

perhatian yang ramah ini.” Maka ia menjawab ia tidak<br />

memerlukan pelayanan dari Kalaṇḍuka, dan terbang kembali ke<br />

Benares, dimana ia memberi tahu saudagar besar itu segala<br />

sesuatu yang ia saksikan.<br />

“Dasar penjahat!” serunya, dan memerintahkan agar<br />

Kalaṇḍuka ditangkap kembali ke Benares, dan mendapatkan<br />

kembali makanan layaknya seorang pelayan.<br />

____________________<br />

Setelah uraian ini berakhir, Sang Guru menjelaskan<br />

tentang kelahiran tersebut dengan berkata, “Bhikkhu ini adalah<br />

Kalaṇḍuka di masa itu, dan Saya adalah saudagar dari Benares<br />

tersebut.” [460]<br />

No.128.<br />

BIḶĀRA-JĀTAKA<br />

“Dimana kesucian,” dan seterusnya. Kisah ini diceritakan<br />

oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana, mengenai orang<br />

yang munafik. Ketika kemunafikan seorang bhikkhu dilaporkan<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

kepadanya, Sang Guru berkata, “Ini bukan pertama kalinya ia<br />

menunjukkan dirinya adalah orang yang munafik; ia juga<br />

mempunyai sifat yang sama di kelahiran yang lampau.” Setelah<br />

mengucapkan kata-kata tersebut, Beliau menceritakan kisah<br />

kelahiran lampau ini.<br />

____________________<br />

Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />

Bodhisatta terlahir kembali sebagai seekor tikus, yang sempurna<br />

dalam kebijaksanaan, dengan badan sebesar seekor babi hutan.<br />

Ia menetap di hutan, dengan beberapa ratus tikus di bawah<br />

kekuasaannya.<br />

Saat itu, ada seekor serigala pengembara yang melihat<br />

kawanan tikus ini dan merencanakan bagaimana memperdaya<br />

dan memangsa mereka. Ia berdiri di dekat rumah mereka<br />

dengan wajah menghadap ke arah matahari, menghirup udara<br />

dan berdiri dengan satu kaki. Melihat hal ini saat melakukan<br />

perjalanan mencari makanan, Bodhisatta mengira serigala ini<br />

adalah makhluk yang suci, mendekatinya dan menanyakan siapa<br />

namanya.<br />

“Suci adalah nama saya,” jawab serigala itu. “Mengapa<br />

engkau berdiri dengan satu kaki?” “Jika saya berdiri dengan<br />

keempat kaki saya secara bersamaan, bumi tidak akan bisa<br />

menahan berat saya. Karena itulah saya hanya berdiri dengan<br />

satu kaki saja.” “Dan mengapa mulutmu tetap terbuka?” “Untuk<br />

menghirup udara, saya hidup dari udara; itu adalah makanan<br />

saya satu-satunya.” “Mengapa engkau menghadap ke arah<br />

matahari?” “Untuk memujanya.” “Betapa tulusnya!” pikir<br />

Bodhisatta. Sejak itu, hampir dalam setiap kepergiannya,<br />

647<br />

648

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!