Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
You also want an ePaper? Increase the reach of your titles
YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
Saat yang sama, ada satu mayat yang tidak ada<br />
pelindungnya lagi tergeletak di suatu bagian pemakaman, yang<br />
merupakan batas wilayah kekuasan di antara dua yaksa. Kedua<br />
yaksa itu sedang berselisih mengenai pembagian mayat itu.<br />
“Kita tidak bisa membaginya sendiri,” kata mereka, “Raja<br />
Kebaikan ini sangat adil; Ia akan membagikannya untuk kita.<br />
Mari kita pergi menemuinya.” Maka mereka menyeret mayat itu<br />
dengan menarik kakinya menghadap raja, berkata, “Paduka,<br />
bagilah mayat ini dan berikanlah bagian kami masing-masing<br />
pada kami.” “Pasti akan saya lakukan, Teman,” kata raja,<br />
“namun, karena kotor, saya harus mandi terlebih dahulu.”<br />
Seketika itu juga, dengan kekuatan gaib mereka, yaksayaksa<br />
itu membawa raja ke tempat pemandian yang wangi, yang<br />
dipersiapkan sebagai tempat pemandian perampas kekuasaan<br />
itu. Setelah mandi, mereka memberikannya sebuah jubah yang<br />
dipersiapkan untuk dipakai oleh perampas kekuasaan itu.<br />
Setelah raja memakai jubah tersebut, mereka membawakan<br />
sebuah kotak yang berisikan empat jenis wewangian kepadanya.<br />
Selesai mengharumkan diri, mereka membawakan beraneka<br />
macam bunga yang diletakkan di pot-pot yang berhiaskan<br />
permata, di dalam kotak emas. Setelah raja menghiasi diri<br />
dengan bunga-bunga tersebut, yaksa itu bertanya hal apa yang<br />
masih perlu mereka lakukannya. Raja memberikan pengertian<br />
[266] kepada mereka bahwa ia merasa lapar. Para yaksa itu<br />
pergi dan kembali dengan membawa nasi yang telah dibumbui<br />
dengan semua jenis bumbu pilihan, yang dipersiapkan di atas<br />
meja makan perampas kekuasaan itu. Raja yang telah selesai<br />
mandi dan wangi, berpakaian dan berdandan, menyantap<br />
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
makanan pilihan itu. Kemudian, para yaksa membawakan air<br />
yang wangi milik perampas kekuasaan untuk diminum oleh Raja<br />
Kebaikan, dengan menggunakan mangkuk emas milik perampas<br />
kekuasaan itu, tidak lupa mereka lengkapi dengan tutup<br />
emasnya. Selesai makan, raja membersihkan mulut dan<br />
tangannya. Mereka membawakannya sirih yang wangi untuk<br />
dikunyah olehnya. Kemudian bertanya apakah penguasa mereka<br />
masih mempunyai keinginan yang bisa mereka penuhi. “Ambillah<br />
untukku,” katanya, “dengan kekuatan gaib kalian, pedang<br />
kebesaran yang berada di bawah bantal perampas kekuasaan<br />
itu.” Seketika itu juga, pedang tersebut mereka bawakan<br />
untuknya. Raja mengambil mayat itu, membuatnya berdiri tegak<br />
lurus, dan membelahnya menjadi dua bagian, memberikan<br />
mereka masing-masing satu bagian. Setelah selesai, raja<br />
membersihkan pedang itu dan mempersiapkannya di sisinya.<br />
Setelah menyantap makanan mereka, kedua yaksa yang<br />
merasa sangat senang hendak menunjukkan rasa terima kasih<br />
mereka. Mereka bertanya kepada raja apa lagi yang bisa mereka<br />
lakukan untuknya. “Kirim saya, dengan kekuatan gaib kalian,”<br />
kata Raja, “ke dalam kamar perampas kekuasaan itu, dan kirim<br />
semua menteri saya ke rumah mereka masing-masing.” “Tentu,<br />
Paduka,” jawab mereka; dan semua itu telah terpenuhi. Pada<br />
saat itu, perampas kekuasaan sedang terlelap di ranjang<br />
kerajaan dalam kamarnya di istana. Saat ia tertidur dengan<br />
tenangnya, raja menyerangnya dengan bagian pedang yang<br />
datar di perutnya. Dengan terkejut ia bangun, melalui cahaya<br />
lampu, perampas kekuasaan itu melihat penyerangnya adalah<br />
Raja Kebaikan. Dengan memberanikan diri ia bangkit dari<br />
301<br />
302