22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />

Bodhisatta terlahir sebagai seekor kijang, ia tinggal di sebuah<br />

hutan dan hidup dari buah-buahan yang ada di hutan tersebut.<br />

Pada waktu itu, ia hidup dari buah pohon sepaṇṇi (Gmelina<br />

Arborea). Di desa, terdapat seorang pemburu yang melakukan<br />

perburuan dengan cara membangun panggung kecil di cabang<br />

pohon tempat ia menemukan jejak rusa; ia mengamati dari atas<br />

saat rusa itu datang untuk makan buah dari pohon tersebut. Saat<br />

rusa muncul, ia membunuhnya dengan menggunakan tombak,<br />

dan menjual daging rusa itu untuk menghidupi dirinya. Suatu<br />

hari, ia menemukan jejak kaki Bodhisatta di sebuah pohon, ia<br />

pun membangun panggung kecil di cabang pohon tersebut.<br />

Setelah sarapan lebih awal, ia membawa tombaknya dan masuk<br />

ke hutan itu, kemudian duduk di panggung kecil yang telah<br />

dibangunnya. Bodhisatta juga muncul pagi-pagi untuk makan<br />

buah dari pohon tersebut, namun ia tidak segera menghampiri<br />

tempat itu. Ia berpikir, “Kadang-kadang pemburu membangun<br />

panggung kecil di dahan pohon. Apakah hal itu juga terjadi di<br />

pohon ini?” Ia berhenti di tengah jalan untuk mengintip. Melihat<br />

Bodhisatta tidak mendekat, pemburu yang masih duduk di<br />

panggung itu [174] melemparkan buah-buahan ke hadapan<br />

kijang itu. Berpikirlah kijang itu, “Buah-buahan ini datang sendiri<br />

kepadaku. Saya ragu apakah ada pemburu di atas sana.” Maka<br />

ia memperhatikan lebih teliti lagi, akhirnya terlihat juga olehnya<br />

pemburu yang berada di atas pohon itu, namun ia berpura-pura<br />

tidak melihatnya, Bodhisatta berkata kepada pohon itu, “Pohonku<br />

yang sangat berharga, sebelumnya engkau mempunyai<br />

kebiasaan untuk menjatuhkan buah ke tanah dengan gerakan<br />

131<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

laksana anting-anting yang menjalar turun, namun hari ini kamu<br />

berhenti bertingkah seperti sebuah pohon, saya juga harus<br />

berubah, dengan mencari makanan di bawah pohon yang lain.”<br />

Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, ia mengulangi syair<br />

berikut ini :<br />

Kijang ini mengetahui dengan baik buah yang engkau<br />

jatuhkan; saya tidak menyukainya, saya akan mencari<br />

pohon lain 58 .<br />

Pemburu itu melemparkan tombaknya ke arah<br />

Bodhisatta dari panggung itu, dan berteriak, “Pergi! Saya tidak<br />

mendapatkanmu kali ini.” Membalikkan badannya, Bodhisatta<br />

berhenti sejenak dan berkata, “Engkau memang tidak<br />

mendapatkan saya, Teman yang baik, namun percayalah,<br />

engkau tidak kehilangan akibat perbuatanmu, yakni delapan<br />

neraka besar (mahāniraya) dan enam belas neraka kecil<br />

(ussadaniraya), serta lima bentuk ikatan dan siksaan.” Diiringi<br />

dengan kata-kata ini, kijang itu meninggalkan tempat itu,<br />

pemburu itu juga turun dari panggung itu dan pergi dari sana.<br />

____________________<br />

Setelah Sang Guru menyelesaikan uraian-Nya dan<br />

mengulangi bahwa Devadatta juga mempunyai niat untuk<br />

membunuhnya di kelahiran yang lampau, Beliau mempertautkan<br />

dan menjelaskan tentang kelahiran tersebut dengan berkata,<br />

“Devadatta adalah pemburu itu, dan Saya sendiri adalah kijang<br />

tersebut.”<br />

58<br />

Lihat Dhammapada, hal.147,331.<br />

132

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!