Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta
Create successful ePaper yourself
Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
tempat penyaluran dermaku dan menunjukkan kemurahan hati<br />
pada orang-orang miskin, akan saya nilai engkau telah<br />
melakukan kebaikan. Namun, jika engkau tidak mau, maka saya<br />
akan mengambil semua harta yang engkau miliki, membelah<br />
kepalamu dengan petir Indra, dan engkau akan meninggal.”<br />
Mendengar ancaman itu, Illisa gemetaran, dan demi<br />
hidupnya ia berseru, “Mulai sekarang saya akan murah hati.”<br />
Sakka menerima janjinya dan dengan tetap berada di udara,<br />
menetapkan sila/kemoralan kepada putranya, dan mewejang<br />
Dhamma kepadanya, lalu kembali ke tempat kediamannya. Dan<br />
Illisa menjadi rajin memberikan derma dan melakukan perbuatan<br />
baik lainnya, membuatnya mempunyai jaminan untuk terlahir<br />
kembali di alam surga.<br />
___________________<br />
“Para Bhikkhu,” kata Sang Guru, “ini bukan pertama<br />
kalinya Moggallana telah meyakinkan Bendahara tersebut; pada<br />
kehidupan lampau, orang ini juga diyakinkan oleh Moggallana.”<br />
Setelah uraian tersebut berakhir, beliau mempertautkan dan<br />
menjelaskan tentang kelahiran tersebut, “Bendahara yang kikir<br />
itu adalah Illisa pada masa itu, Moggallana adalah Sakka, raja<br />
para dewa, Ananda adalah Raja, dan saya sendiri adalah tukang<br />
cukur tersebut.”<br />
[Catatan : Mengenai kisah ini, lihat artikel oleh penerjemah<br />
dalam Journal of the Royal Asiatic Society , Januari 1892, dengan judul<br />
‘The Lineage of the ‘Proud King’.”]<br />
Suttapiṭaka Jātaka I<br />
No.79.<br />
KHARASSARA-JĀTAKA<br />
“Ia memberi kesempatan kepada para perampok,” dan<br />
seterusnya. Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di<br />
Jetawana, mengenai seorang menteri. Dikisahkan bahwa ia<br />
berlagak baik di depan Raja. Setelah mengumpulkan upeti untuk<br />
kerajaan di desa perbatasan, secara diam-diam menteri itu<br />
bekerja sama dengan sekelompok perampok. Ia akan mengatur<br />
kepergian rombongan raja ke dalam hutan dan meninggalkan<br />
desa tersebut untuk dijarah oleh penjahat-penjahat itu, dengan<br />
syarat setengah dari hasil jarahan harus dibagi untuknya. Maka,<br />
saat subuh ketika desa itu ditinggalkan tanpa pengawalan, para<br />
perampok datang, membunuh dan menyantap ternak-ternak<br />
mereka, menjarah desa tersebut, dan pergi dengan membawa<br />
barang-barang hasil jarahan sebelum rombongan raja kembali di<br />
sore harinya. Namun, dalam waktu yang sangat singkat<br />
kejahatannya terungkap, dan raja mengetahuinya. Raja meminta<br />
ia menghadap, dan setelah kesalahannya telah jelas, ia<br />
diturunkan dari jabatannya dan mengangkat kepala desa yang<br />
lain untuk menggantikan kedudukannya. Kemudian Raja<br />
menemui Sang Guru di Jetawana dan menceritakan kepada<br />
Beliau apa yang telah terjadi. “Paduka,” kata Sang Bhagawan,<br />
“orang tersebut hanya menunjukkan watak yang sama dengan<br />
wataknya pada kehidupan lampau.” Kemudian, atas permintaan<br />
raja, Beliau menceritakan kisah kelahiran lampau ini.<br />
____________________<br />
469<br />
470