22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

penduduk mendatanginya dan menawar mentimun tersebut.<br />

“Saya hanya melepaskannya untuk mereka yang menjaga<br />

latihan,” katanya,”apakah kalian menjaga latihan?” “Kami tidak<br />

tahu apa yang kamu maksudkan dengan ‘latihan’ itu; jual saja<br />

mentimun itu kepada kami.” “Tidak, saya tidak menginginkan<br />

uang untuk mentimun saya. Saya akan memberikannya secara<br />

cuma-cuma, namun hanya untuk mereka yang menjaga latihan.”<br />

“Siapakah pelawak ini?” gerutu orang-orang itu sebelum<br />

meninggalkan tempat tersebut. Sujā berpikir bahwa mentimun itu<br />

pasti dibawa untuknya, karena itu ia pergi ke sana dan meminta<br />

beberapa buah mentimun. “Apakah engkau menjaga latihan,<br />

Nyonya?” tanya kakek itu. “Ya, saya melakukannya,” jawab Sujā.<br />

“Semua ini saya bawa untukmu seorang,” kata kakek itu, dan<br />

meninggalkan mentimun, gerobak dan semuanya di depan pintu<br />

rumahnya sebelum pergi.<br />

Setelah menghabiskan sisa hidupnya dengan tetap<br />

menjaga latihan-latian tersebut, Sujā terlahir kembali sebagai<br />

putri dari Raja Asura Vepacittiya. Karena kebaikan yang<br />

dilakukannya, ia terlahir dengan paras yang jelita. Setelah<br />

dewasa, ayahnya mengumpulkan semua asura agar dapat dipilih<br />

oleh putrinya untuk dijadikan suami. [206] Sakka, yang telah<br />

mencari dan menemukan keberadaannya, mengambil bentuk<br />

asura dan turun ke sana, sambil berkata, “Jika Sujā benar-benar<br />

memilih seorang suami dari lubuk hati terdalamnya, saya akan<br />

terpilih.”<br />

Sujā didandani dan dibawa menuju tempat pertemuan<br />

tersebut, tempat dimana ia diminta untuk memilih seorang suami<br />

berdasarkan pilihan hatinya. Melihat ke sekeliling dan mengamati<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

Sakka, ia digerakkan oleh rasa cintanya kepada Sakka di<br />

kehidupan yang lampau dan memilihnya untuk menjadi<br />

suaminya. Sakka membawanya ke kota para dewa dan<br />

menjadikannya pimpinan dari dua puluh lima juta orang gadis<br />

penari. Setelah ajalnya tiba, ia meninggal dan terlahir kembali di<br />

alam yang sesuai dengan hasil perbuatannya.<br />

____________________<br />

Setelah uraian-Nya berakhir, Sang Guru menegur<br />

bhikkhu tersebut dengan kata-kata berikut ini, “Demikianlah,<br />

Bhikkhu, ia yang bijaksana dan penuh kebaikan di kehidupan<br />

yang lampau saat memerintah di alam dewa, menghindari,<br />

walaupun harus mengorbankan nyawa mereka sendiri, untuk<br />

melakukan pembunuhan. Dapatkah kamu, yang telah<br />

mengucapkan janji untuk memelihara keyakinan ini, minum air<br />

yang belum disaring, beserta semua makhluk hidup yang<br />

terkandung di dalamnya?” Kemudian Beliau mempertautkan dan<br />

menjelaskan tentang kelahiran tersebut dengan berkata, “Ānanda<br />

adalah Mātali, penunggang kereta tempur itu, dan Saya adalah<br />

Sakka.”<br />

[Catatan : Bandingkan dengan penjelasan di Dhammapada<br />

hal.184;dan Culla-vagga V.13 di <strong>Vol</strong>.II dari Vinaya karya Oldenberg<br />

(diterjemahkan di hal.100 dari <strong>Vol</strong>.XX Sacred Books of the East) untuk<br />

kejadian di cerita pembuka. Untuk kejadian Sakka dan para asura di<br />

kisah kelahiran lampau, lihat Jātaka-mālā, No.11 (J.R.A.S.1893,<br />

hal.315).]<br />

187<br />

188

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!