22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

juga melakukan hal yang sama di kelahiran yang lalu.” Setelah<br />

mengucapkan kata-kata tersebut, Beliau menceritakan kisah<br />

kelahiran lampau ini.<br />

___________________<br />

Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />

Bodhisatta terlahir sebagai seorang pemukul genderang yang<br />

menetap di sebuah desa. Mendengar bahwa akan<br />

diselenggarakan sebuah perayaan di Benares, ia berharap<br />

mendapatkan sedikit uang dengan memainkan genderang di<br />

keramaian hari libur tersebut, maka ia melakukan perjalanan ke<br />

kota bersama putranya. Di sana ia memainkan genderangnya<br />

dan mendapatkan sejumlah uang. Dalam perjalanan pulang<br />

membawa uang yang mereka dapatkan, mereka harus melalui<br />

sebuah hutan yang dikuasai oleh perampok; Anak lelaki tersebut<br />

memainkan genderang di sepanjang jalan tanpa henti.<br />

Bodhisatta berusaha menghentikannya dengan berkata, “Jangan<br />

memukul seperti itu, pukul sebentar lalu berhenti, — lakukan<br />

seakan-akan seorang raja yang hebat sedang lewat.”<br />

Namun ia menentang permintaan ayahnya, menurut<br />

anak tersebut, cara terbaik untuk menakut-nakuti para penjahat<br />

adalah dengan memukul genderang secara terus menerus.<br />

Awalnya suara genderang tersebut membuat para<br />

penjahat kabur, karena mengira ada seorang raja hebat yang<br />

sedang lewat. Namun mendengar suara genderang tersebut<br />

berbunyi tanpa henti, mereka mengetahui mereka telah salah<br />

duga, dan mereka kembali untuk melihat apa yang sebenarnya<br />

terjadi. Melihat hanya ada dua orang yang sedang melewati<br />

tempat tersebut, mereka memukuli dan merampok mereka.<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

“Aduh!” seru Bodhisatta, “karena genderang yang kamu pukul<br />

terus menerus, kamu telah membuat kita kehilangan semua<br />

pendapatan yang kita peroleh dengan susah payah!” Setelah<br />

mengucapkan kata-kata tersebut, ia mengulangi syair berikut ini:<br />

Jangan bertindak keterlaluan, belajarlah untuk tidak<br />

melakukan sesuatu secara berlebihan;<br />

Karena memukul genderang secara berlebihan<br />

menyebabkan kehilangan apa yang (tadi) diperoleh dari<br />

memukul genderang. [284]<br />

____________________<br />

Setelah uraian tersebut berakhir, Sang Guru<br />

mempertautkan dan menjelaskan tentang kelahiran tersebut<br />

dengan berkata, “Bhikkhu yang bertindak sesuka hati ini adalah<br />

anak lelaki di masa itu, dan Saya sendiri adalah ayahnya.”<br />

No.60.<br />

SAṀKHADHAMANA-JĀTAKA<br />

“Jangan bertindak keterlaluan,”dan seterusnya. Kisah ini<br />

diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana, mengenai<br />

seorang bhikkhu lain yang juga merupakan orang yang bertindak<br />

sesuka hatinya.<br />

__________________<br />

333<br />

334

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!