22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

beras itu. Bisakah anda menyatakan nilainya di hadapan raja?’<br />

Jika ia mengatakan bisa, maka bawalah ia menghadap raja, saya<br />

juga akan berada di sana nantinya.”<br />

Segera setelah mengikuti petunjuk Bodhisatta, penjual<br />

kuda itu menyogok penentu harga baru dan menanyakan<br />

pertanyaan tersebut kepadanya. Setelah ia menyatakan<br />

kemampuannya untuk menjawab pertanyaan itu, ia pun dibawa<br />

ke istana; Bodhisatta dan para menteri mengikuti mereka.<br />

Dengan penuh hormat, penjual kuda itu berkata, “Paduka, saya<br />

tidak mempersoalkan harga lima ratus ekor kuda adalah senilai<br />

dengan satu takaran beras; namun saya mohon Paduka<br />

menanyakan pada penentu harga kerajaan, berapakah nilai dari<br />

satu takaran beras itu.” Tanpa mempedulikan apa yang terjadi di<br />

waktu lalu, raja bertanya kepadanya, “Penentu harga kerajaan,<br />

berapakah nilai dari lima ratus ekor kuda?” “Satu takaran beras,<br />

Paduka,” jawabnya. “Sangat baik, Temanku. Jika nilai lima ratus<br />

ekor kuda setara dengan satu takaran beras, berapakah nilai dari<br />

satu takaran beras itu?” “Senilai seisi Benares beserta wilayah<br />

sekitarnya,” jawab penentu harga yang dungu itu.<br />

(Maka kita tahu bahwa setelah menilai kuda-kuda itu<br />

seharga satu takaran beras, ia menerima sogokan dari penjual<br />

kuda untuk menilai satu takaran beras setara dengan seisi<br />

Benares beserta wilayah sekitarnya. Luas Benares hingga ke<br />

dinding kota adalah dua belas yojana; sementara, luas kota dan<br />

wilayah sekitarnya mencapai tiga ratus yojana. Akan tetapi lelaki<br />

dungu itu menilai seluruh Benares beserta wilayah di sekitarnya<br />

yang begitu luas hanya setara dengan satu takaran beras!)<br />

53<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

[126] Mendengar hal demikian, para menteri bertepuk<br />

tangan dan tertawa terbahak-bahak. “Kami senantiansa berpikir,”<br />

kata mereka sambil mencemooh, “tanah dan daerah kekuasaan<br />

tidak dapat dinilai harganya; namun sekarang kami tahu bahwa<br />

Kerajaan Benares beserta rajanya hanya bernilai satu takaran<br />

beras! Benar-benar penentu harga yang hebat. Bagaimana ia<br />

bisa mempertahankan jabatannya begitu lama? Namun, ia<br />

benar-benar sesuai dengan dambaan raja.”<br />

Bodhisatta mengucapkan syair 24 berikut ini:<br />

Berapakah kiranya nilai satu takaran beras?<br />

Mengapa, seluruh Benares, baik dalam maupun luar;<br />

begitu pula dengan lima ratus kuda, walau sukar<br />

dipahami;<br />

persis senilai satu takaran beras yang sama.<br />

Setelah dipermalukan di depan umum, lelaki dungu itu<br />

dibebastugaskan dari jabatannya, dan raja mengembalikan<br />

jabatan tersebut kepada Bodhisatta. Setelah meninggal,<br />

Bodhisatta terlahir kembali di alam sesuai dengan apa yang telah<br />

diperbuat.<br />

____________________<br />

Setelah menyampaikan uraian-Nya dan menceritakan<br />

kedua kisah itu, Sang Guru mempertautkan kedua kisah tersebut<br />

24<br />

Teks syair ini tidak terdapat di Pali Text karya Fausböll, namun ditampilkan oleh Léon Feer<br />

di Jurnal Asiatique. tahun 1876 pada hal.520, ditambahkan pada bagian ‘Koreksi dan<br />

Lampiran Tambahan’nya Fausböll. Syair ini awalnya merupakan bagian dari resensi<br />

berbahasa Sinhala, diketahui dari kutipan kata-kata pembukaan sebagai ‘slogan’ pada bagian<br />

permulaan Jātaka ini. Lihat juga Dickson di Ceylon J.R.A.S. tahun 1884, hal.185.<br />

54

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!