22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

terasa alami; kepalanya terkulai; ia juga menjulurkan lidah;<br />

meliuri sekujur tubuhnya; menggembungkan diri dengan menarik<br />

nafas; membalikkan mata; hanya bernafas dengan bagian bawah<br />

hidungnya; menahan nafas di hidung bagian atas; membuat dirinya<br />

terkesan tegang dan kaku seperti mayat. Beberapa ekor lalat<br />

hijau bahkan mengerumuninya; dan disekitarnya juga terdapat<br />

burung gagak.<br />

Pemburu itu datang, ia memukul perut rusa itu dengan<br />

tangannya dan berkata, “Ia pasti terperangkap tadi pagi; ia telah<br />

menjadi amis.” Setelah itu, ia melepaskan rusa dari ikatannya,<br />

dengan berkata, “Saya akan memotongnya di sini dan membawa<br />

dagingnya pulang ke rumah.” Saat pemburu itu mengumpulkan<br />

kayu dan dedaunan (untuk membuat api), rusa itu berdiri dan<br />

membebaskan dirinya, ia menarik lehernya, dan seperti awan<br />

kecil yang menghindari angin topan, berlari dengan cepat<br />

kembali ke pelukan ibunya.<br />

____________________<br />

Setelah mengulangi apa yang telah Beliau katakan<br />

bahwa di kehidupan yang lampau, Rāhula juga menunjukkan<br />

keinginan yang sangat besar untuk menjalankan peraturanperaturan<br />

itu, tidak kurang dibandingkan dengan apa yang<br />

ditunjukkannya di kehidupan ini. Sang Guru kemudian<br />

mempertautkan kedua kisah itu dan menjelaskan tentang<br />

kelahiran tersebut dengan berkata, “Rāhula adalah rusa muda di<br />

masa itu, Uppalavannā adalah ibunya dan Saya sendiri adalah<br />

paman rusa tersebut.”<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

[Catatan : Mengacu pada Feer (J.As.1876,hal.516), Jātaka ini<br />

disebut juga sebagai Sikkhākāmā dalam naskah Bigandet. Inti dari cerita<br />

pembuka ini terdapat di Vinaya, <strong>Vol</strong>.IV, hal.16.]<br />

No.17.<br />

MĀLUTA-JĀTAKA<br />

“Baik saat pertengahan maupun awal bulan,” dan<br />

seterusnya. Kisah ini diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di<br />

Jetawana, mengenai dua orang bhikkhu yang bergabung dalam<br />

Sanggha di usia tua. Menurut cerita yang disampaikan secara<br />

turun temurun, [165] mereka tinggal di hutan Negeri Kosala. Satu<br />

bhikkhu bernama Thera Kāḷa (Gelap) dan satu lagi bernama<br />

Thera Juṇhā (Terang). Suatu hari Juṇhā bertanya kepada Kāḷa,<br />

“Bhante, kapankah saat dingin itu muncul?” “Saat awal bulan.” Di<br />

kesempatan yang lain, Kāḷa bertanya kepada Juṇhā, “Bhante,<br />

kapankah saat dingin itu muncul?” “Saat pertengahan bulan .”<br />

Karena mereka berdua tidak dapat menyelesaikan hal<br />

tersebut, mereka menghadap Sang Guru, setelah memberikan<br />

penghormatan, mereka bertanya, “Bhante, kapankah saat dingin<br />

itu muncul?”<br />

Mendengar pertanyaan mereka, Sang Bhagawan<br />

menjawab, “Bhikkhu, di kelahiran yang lampau, saya pernah<br />

menjawab pertanyaan yang sama dari kalian; sepertinya pikiran<br />

115<br />

116

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!