22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

____________________<br />

Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />

Bodhisatta terlahir sebagai putra dari seorang saudagar kaya,<br />

yang kemudian menggantikan posisinya setelah ayahnya<br />

meninggal. Ia juga mempunyai seorang pelayan wanita yang<br />

bernama Rohinī. Dan ibunya, dengan kejadian yang sama, pergi<br />

ke tempat dimana anaknya sedang menumbuk padi, dan<br />

berbaring di sana, kemudian berseru, “Usir lalat-lalat ini, Anakku,”<br />

dan dengan cara yang sama Rohinī memukul ibunya dengan<br />

sebuah alu; membuat ibunya meninggal seketika itu juga, dan<br />

mulai menangis.<br />

Mendengar apa yang telah terjadi, [249] Bodhisatta<br />

menggambarkan, ‘Di sini, di dunia ini, bahkan seorang musuh<br />

yang memiliki akal sehat akan lebih baik.’ Ia membacakan barisbaris<br />

berikut ini :<br />

Teman yang bodoh lebih buruk dibandingkan dengan<br />

musuh yang memiliki akal sehat.<br />

Lihatlah gadis yang tangan sembrononya terkulai ke<br />

bawah; Ibunya, orang yang ia ratapi dengan sia-sia.<br />

Melalui baris-baris yang memuji mereka yang bijaksana,<br />

Bodhisatta membabarkan Dhamma.<br />

____________________<br />

“Ini bukan pertama kalinya, Perumah-tangga,” kata Sang<br />

Guru, “keinginan Rohinī untuk membunuh lalat membuatnya<br />

membunuh ibunya sendiri.” Setelah meyampaikan uraian ini,<br />

Beliau mempertautkan dan menjelaskan tentang kelahiran<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

tersebut dengan berkata, “Ibu dan anak di kelahiran ini juga<br />

merupakan ibu dan anak di kelahiran yang lalu, dan Saya sendiri<br />

adalah saudagar tersebut.”<br />

No.46.<br />

ĀRĀMADUSAKA-JĀTAKA<br />

“Pengetahuan itulah,” dan seterusnya. Kisah ini<br />

diceritakan oleh Sang Guru di sebuah dusun di Kosala,<br />

mengenai seseorang yang merusak taman peristirahatan.<br />

Menurut kisah yang disampaikan secara turun temurun,<br />

dengan tujuan melakukan pindapata di antara para penduduk<br />

Kosala, Sang Guru tiba di sebuah dusun kecil. Penjaga tempat<br />

tersebut mengundang Sang Buddha untuk bersantap siang di<br />

rumahnya, dan menempatkan mereka di taman peristirahatan,<br />

tempat dimana ia menunjukkan keramahannya pada Sanggha<br />

dengan Buddha sebagai guru mereka. Dengan sopan ia<br />

mempersilakan mereka untuk berjalan-jalan sesuka hati mereka<br />

di tanah miliknya. Maka para bhikkhu pun berdiri dan berjalanjalan<br />

di tanah tersebut dengan ditemani oleh seorang tukang<br />

kebun. Dalam perjalanan tersebut mereka melihat ada satu lahan<br />

yang gundul, mereka pun bertanya, “Upasaka, di tempat lain dari<br />

taman peristirahatan ini terdapat begitu banyak tempat yang<br />

teduh; namun di lahan ini, tidak ada pohon maupun semak.<br />

Bagaimana hal ini dapat terjadi?”<br />

271<br />

272

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!