22.11.2014 Views

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

Jataka Vol.I PDF - DhammaCitta

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

mangga atau jambu atau buah sukun maupun buah-buah<br />

sejenisnya; hingga pemberian mereka bisa dimuat dalam dua<br />

ratus lima puluh gerobak; dan terdapat makanan yang cukup<br />

untuk lima ratus orang petapa, dengan jumlah yang berlimpah.<br />

Melihat hal ini, Bodhisatta berseru, “Demikianlah kebaikan satu<br />

orang telah membuat tersedianya makanan untuk semua petapa.<br />

Benar, kita harus selalu teguh dalam melakukan hal yang benar.”<br />

Setelah mengucapkan kata-kata tersebut, ia mengucapkan syair<br />

berikut ini : —<br />

Tetaplah semangat, Saudaraku; tetap teguh<br />

memegang harapan;<br />

Jangan biarkan semangatmu surut dan melemah;<br />

Jangan lupakan ia, yang melalui puasa 203 yang<br />

menyengsarakan, mendapatkan buah-buahan di luar<br />

keinginan hatinya.<br />

[451] Demikianlah ajaran dari makhluk yang agung itu<br />

kepada rombongan petapa tersebut.<br />

____________________<br />

Setelah uraian-Nya berakhir, Sang Guru menjelaskan<br />

kelahiran tersebut dengan berkata, “Bhikkhu ini adalah petapa<br />

baik di masa itu, Saya sendiri adalah guru para petapa tersebut.”<br />

Suttapiṭaka Jātaka I<br />

No.125.<br />

KAṬĀHAKA-JĀTAKA<br />

“Jika ia yang berada,” dan seterusnya. Kisah ini<br />

diceritakan oleh Sang Guru ketika berada di Jetawana mengenai<br />

seorang bhikkhu pembual. Cerita pembuka mengenai dirinya<br />

sama dengan apa yang telah pernah diceritakan 204 .<br />

_____________________<br />

Sekali waktu ketika Brahmadatta memerintah di Benares,<br />

Bodhisatta adalah seorang saudagar yang kaya, dan istrinya<br />

telah melahirkan seorang putra untuknya. Pada hari yang sama,<br />

seorang pelayan wanita di rumahnya juga melahirkan seorang<br />

putra, dan kedua anak ini tumbuh besar bersama. Ketika putra<br />

orang kaya ini belajar menulis, pelayan muda ini biasanya pergi<br />

membawa catatan tuan mudanya, dengan demikian ia juga<br />

belajar menulis sendiri. Selanjutnya ia belajar dua atau tiga<br />

macam kerajinan tangan, dan tumbuh dewasa menjadi pemuda<br />

yang pintar bicara dan tampan; ia bernama Kaṭāhaka.<br />

Dipekerjakan sebagai pelayan pribadi, ia berpikir, “Saya tidak<br />

bisa selamanya bekerja seperti ini. Dengan sedikit kesalahan,<br />

saya akan dipukuli, dipenjarakan, dicap dan diberi makanan<br />

layaknya seorang budak. Di daerah pinggiran tinggal seorang<br />

saudagar, seorang teman dari majikan saya. Mengapa saya tidak<br />

ke sana dengan sepucuk surat yang diakui sebagai surat dari<br />

majikan saya, dan, memalsukan diri saya sebagai putra majikan<br />

203<br />

Bandingkan <strong>Vol</strong>.IV.269 (Teks), dan supra pada hal.300.<br />

633<br />

204<br />

Di No.80.<br />

634

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!